Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rel Ambles di Cilebut, Ini Penjelasan Bos KAI

Kompas.com - 11/10/2012, 10:14 WIB
Didik Purwanto

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero Ignasius Jonan angkat bicara soal tanah yang retak di daerah Cilebut. Hal ini menyebabkan KRL lintas Bogor sempat terganggu kemarin.

"Itu murni karena alam. Karena hujan lebat, tanah di sana menjadi rawan ambles," kata Jonan saat ditemui di Rapat Koordinasi BUMN di Yogyakarta, Kamis (11/10/2012).

Menurut Jonan, daerah Bogor memang dinilai cukup rawan, khususnya karena memiliki daerah dengan curah hujan tinggi, sehingga tanah mudah longsor, apalagi yang tidak memiliki tanaman di atasnya.

Solusinya, pihak KAI akan menanam pohon atau tanaman yang bisa membuat tanah di sekitar rel menjadi kuat. Bisa juga pihak KAI akan memperkuat fondasi di sekitar rel sehingga tidak membahayakan rel.

"Akan tetapi, fondasi itu bukan disemen. Kalau disemen, malah tidak fleksibel, khususnya kalau ingin memperluas rel," ujarnya.

Terkait perluasan rel, Jonan mengaku hingga saat ini KAI belum akan memperluas jalur track yang ada. Pihaknya tidak akan menambah hingga empat jalur track dari dua jalur track KRL yang saat ini tersedia.

"Kita akan jaga-jaga, khususnya pada saat hujan lebat. Untungnya kemarin tidak ada korban, tetapi kami akan tetap waspada," tambahnya.

Sekadar catatan, tanah di sekitar stasiun KRL Cilebut mengalami retak sehingga dikhawatirkan akan mengganggu perjalanan KRL lintas Kota-Bogor. Kepala Humas PT KAI Daop 1 Mateta Rijalulhaq mengatakan, kecepatan kereta diturunkan karena khawatir ada rel yang ambles sebab tanahnya juga ambles.

"Kondisi ini rawan karena tanah berpeluang ambles setelah tanah itu retak di musim kering dan terisi air hujan di awal musim hujan," kata Mateta.

Pada waktu normal, kecepatan kereta bisa mencapai 60 km/jam. Penurunan kecepatan kereta dilakukan sejak Selasa malam setelah hujan lebat mengguyur kawasan ini.

Pada Rabu pagi, kecepatan KRL bahkan sempat diturunkan hingga 5 km/jam. Setelah dilakukan pemadatan tanah, kecepatan kereta bisa ditambah lagi meskipun belum sampai normal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com