Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sang Petruk

Kompas.com - 30/09/2012, 04:34 WIB

”Martiniiiiii!” teriak Pak Toyib tiba-tiba sambil mencengkeram jari telunjuk kanannya. ”Mana cepat rebusan serainya!!!” Martini diam saja. Pikirannya masih melayang, terbayang akan penderitaan masa lalunya. Siksaan di tahanan, dan siksa lahir batin oleh istri tua suaminya. Yang sangat membuat hatinya hancur, ketika Martono terberitakan dibantai dan dibuang ke Luwengombo.

”Martiniiiiiii!” Suaminya menjerit semakin keras. Martini hanya sedikit menoleh sejenak ke arah suaminya. ”Martini! Ambilkan rebusan seraiiii! Sialan kamu!”

”Istighfar Pak, istighfar. Lihat nasib teman bapak, Wardoyo!” Ujar Martini yang lebih seperti bentakan.

”Apa!! Kau anggap ini kutukan?!” Pak Toyib meradang, mukanya merah penuh kemarahan, sambil bangkit dari kursinya. Martini mundur selangkah. Pasti suaminya akan menghajarnya, seperti kerap kali dilakukan apabila suaminya marah.

”Akan kubuktikan! Ini bukan kutukan!” Ujar Pak Toyib, sambil lari ke dapur. Diambilnya parang pemotong daging dengan tangan kiri. Jari telunjuk kanannya ditempelkan di meja dapur. Parangnya diangkatnya tinggi-tinggi......

”Paaaaaaaaaaak!!!” Martini mengejarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com