Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gas Sulfur Terkonsentrasi di Kawah Tangkubanparahu

Kompas.com - 20/09/2012, 02:58 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi hingga Rabu (19/9) masih merekomendasikan agar Taman Wisata Alam Tangkubanparahu tidak dikunjungi wisatawan. Ini karena konsentrasi gas sulfur monoksida di wilayah itu masih di atas ambang normal. Pemeriksaan konsentrasi gas kembali dilakukan setelah aktivitas kegempaan dan tremor di Tangkubanparahu turun.

Hal itu ditegaskan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, di Bandung, Rabu. Taman wisata Tangkubanparahu ditutup sejak 3 September akibat peningkatan konsentrasi gas sulfur monoksida hingga 3 part per million (ppm) dari Kawah Ratu, sementara ambang normalnya 2 ppm. Aktivitas kegempaan dan tremor dalam beberapa hari sudah menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan tanggal 3 September.

Untuk memeriksa kadar sulfur monoksida harus dilakukan saat kondisi tekanan rendah pada pagi hari ataupun tekanan tinggi pada siang hari. ”Bila kadarnya sudah dipastikan turun, PVMBG langsung menurunkan rekomendasinya,” ujar Surono.

Kepala Seksi Kesiapsiagaan Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bandung Barat Mochamad Pakih menjelaskan, pendataan warga di lima desa yang terdekat dengan puncak Gunung Tangkubanparahu terus dilakukan.

Gunung Ijen

Surono mengatakan, PVMBG belum mengeluarkan rekomendasi larangan terbang di sekitar Sulawesi Utara menyusul Gunung Soputan yang meletus. Salah satu pertimbangannya, abu vulkanik yang terbawa angin ke arah Bitung, bukan ke Manado. Gunung Soputan meletus setelah didahului Gunung Karangetang dan Gunung Gamalama.

”Yang patut diwaspadai sekarang adalah Gunung Ijen di Banyuwangi karena satu-satunya gunung berapi berstatus siaga yang belum meletus,” kata Surono. Terlebih lagi, Banyuwangi dalam seminggu terakhir mengalami beberapa kali gempa tektonik. (eld)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com