Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Rela Mangrove Dibabat Jadi Tambak

Kompas.com - 31/08/2012, 05:18 WIB

Menyikapi memburuknya dampak yang ditimbulkan oleh alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak, aktivis Japesda melakukan kampanye lingkungan dengan melibatkan warga Torosiaje. Sasaran utama kampanye itu adalah menjaga kelestarian hutan mangrove di Torosiaje. Gayung bersambut. Sebagian warga, yang dimotori Umar Pasandre, membentuk Kelompok Sadar Lingkungan, sebuah kelompok kecil dari kalangan warga Torosiaje yang peduli pada pelestarian mangrove.

Awal mula aktivitas Kelompok Sadar Lingkungan itu adalah sekadar berkumpul dan berdiskusi dari rumah ke rumah anggota. Saat pertama kali dibentuk anggota Kelompok Sadar Lingkungan tak sampai 10 orang. Lewat diskusi dan obrolan ringan, ditanamkan pengertian tentang pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove. Dengan didampingi aktivis Japesda, warga Torosiaje diberi pemahanan tentang dampak buruk alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak. Lambat laun, anggota Kelompok Sadar Lingkungan mencapai hampir 30 orang.

Selain berkampanye lewat diskusi kecil, warga juga menerapkan pengetahuan yang didapat lewat pelatihan yang diselenggarakan Japesda dengan membuat pembibitan mangrove serta penanaman mangrove di lahan-lahan kritis. Bibit-bibit mangrove didapat dengan cuma-cuma dan sebagian besar bantuan dari pemerintah daerah. Sayangnya, kegiatan positif menanam dan membibitkan mangrove tak selamanya berjalan mulus. Pernah 100 bibit mangrove yang siap tanam dibabat habis oleh orang tak dikenal pada suatu malam.

”Kami curiga pelakunya adalah pihak-pihak yang tak ingin mangrove di Torosiaje lestari. Mereka masih menginginkan perubahan hutan mangrove menjadi tambak. Namun, kami tak surut,” ucap Umar.

Tak ingin pesisir Torosiaje semakin rusak akibat alih fungsi, warga bersama aktivis Japesda menanam ribuan bibit mangrove di sepanjang pesisir. Terakhir kali pada akhir 2011 tercatat 10.000 bibit mangrove ditanam di pesisir Torosiaje. Penanaman diikuti pembibitan. Kini telah disiapkan 14.510 bibit mangrove yang dikelola warga.

”Selain penanaman dan pembibitan, kami juga melakukan penyulaman atau penanaman mangrove di beberapa titik hutan mangrove yang rusak, yaitu sebanyak 2.250 bibit. Total lahan mangrove yang berhasil direhabilitasi seluas 4,6 hektar,” kata Ahmad Basohwan.

Kepala Bidang Lingkungan Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo Rugaya Bik, mengatakan, alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak masih menjadi ancaman utama terhadap kelestarian mangrove di Gorontalo. Selain alih fungsi, ancaman juga datang dari warga di sekitar kawasan hutan mangrove. Umumnya, warga memerlukan kayu mangrove untuk kayu bakar atau pembangunan rumah.

”Ada kecenderungan alih fungsi hutan mangrove menjadi tambak semakin luas. Perlu dukungan pemerintah daerah untuk memperketat kebijakan alih fungsi tersebut. Sebab, selain berfungsi penahan abrasi, hutan mangrove juga menjadi salah satu faktor terjaganya kelestarian ikan,” kata Rugaya.

Data dari Badan Lingkungan Hidup, Riset, dan Teknologi Informasi Provinsi Gorontalo menunjukkan, luas hutan mangrove di Gorontalo mencapai 13.645 hektar pada 2011. Dari luas tersebut, 10.198 hektar berada di kawasan pesisir Teluk Tomini atau di bagian selatan Gorontalo, yakni di Kabupaten Pohuwato (7.786 hektar) dan Kabupaten Boalemo (2.412 hektar). Adapun hutan mangrove di pesisir utara Gorontalo terletak di Kabupaten Gorontalo Utara seluas 3.447 hektar.

Upaya mereka menyelamatkan daratan memang belum tampak. Hasilnya baru bisa dilihat dalam hitungan 10 tahun ke depan. Namun, setidaknya sudah ada kepedulian warga untuk menyelamatkan lingkungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com