Tim peneliti Balai Energi dan Sumber Daya Mineral (BESDM) Wilayah Kendeng Muria menilai semburan gas itu mengukuhkan Grobogan sebagai salah satu wilayah yang berpotensi dikembangkan untuk gas rawa.
Tim tersebut meneliti kandungan gas di Desa Karanganyar, Rabu (25/7). Sehari sebelumnya semburan gas terjadi di lokasi pengeboran sumur di kompleks Yayasan Pendidikan Yatama, Desa Karanganyar.
Kepala BESDM Wilayah Kendeng Muria Imam Nugraha mengungkapkan, dalam kasus semburan di Desa Karanganyar gas itu tersimpan di bagian patahan di kedalaman Bumi. Gas itu keluar saat bagian patahan tersentuh bor sumur di kedalaman 32 meter.
Dari hasil penelitian sementara, gas itu mengandung asam belerang (H
Menurut Imam, kondisi itu justru menguntungkan warga setempat karena gas yang keluar dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga, seperti sumber energi listrik atau keperluan memasak. Namun, gas itu tidak serta-merta langsung bisa dimanfaatkan karena dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
Imam menyarankan sumur gas itu ditutup agar gas tidak terbuang percuma. Setelah itu pemerintah akan menggelar penelitian lanjutan untuk menentukan besar kandungan gas itu.
Berdasarkan data BESDM Wilayah Kendeng Muria, di Kabupaten Grobogan terdapat lima lokasi gas rawa yang sudah menyembur, selain di Desa Karanganyar. Titik-titik di kawasan patahan itu mencakup Desa Tanjungharjo, Desa Kemloko, Desa Grobogan, dan Desa Banjarsari.
Pada September mendatang, BESDM akan membangun desa percontohan energi di Desa Kemloko dengan dana Rp 50 juta. Di desa itu akan dibangun instalasi sumur gas dan pipanisasi ke rumah-rumah warga untuk kebutuhan memasak.
Kepala Seksi Pertambangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Pertambangan, dan Energi Kabupaten Grobogan Trubus Eko Sudaryono mengemukakan, sudah ada dua keluarga yang memanfaatkan semburan gas di Desa Kemloko. Mereka menyalurkan gas itu dengan pipa.