KUPANG, KOMPAS.com — Krisis air bersih yang sudah lama mendera ribuan warga di sekitar Bendungan Tilong di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, hingga sekarang belum juga berakhir.
Bendungan Tilong dengan areal genangan seluas 154.90 hektar atau berdaya tampung 19,07 juta meter kubik (m3) adalah bagian dari wilayah Desa Oelnasi di Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Sejak 10 tahun lalu, air genangannya menjadi salah satu sumber air baku warga Kota Kupang dan sekitarnya.
"Kami sudah berulang kali memperjuangkan agar masyarakat Oelnasi juga kebagian menikmati air dari Bendungan Tilong. Kebetulan karena Tilong adalah bagian dari desa kami. Namun, perjuangan demi perjuangan terus saja sia-sia. Masyarakat sungguh kecewa dengan kebijakan seperti sekarang. Kami hanya punya air, tetapi semuanya dialirkan untuk warga Kota Kupang," kata Thofilus Manhau (53), tokoh masyarakat Oelnasi, di Oelnasi, Kamis (3/5/2012).
Gugatan disertai kekecewaan senada dilontarkan Mikael Konis dan Adam Sabaat, Kepala Urusan Pemerintahan dan Kaur Pembangunan Desa Oelnasi.
"Kami sangat mengharapkan instansi pengelola Bendungan Tilong agar tidak terus membiarkan masyarakat Oelnasi hanya sebagai penonton aliran air dari desa mereka untuk kebutuhan warga di Kota Kupang dan sekitarnya," tutur Mikael Konis.
"Seharusnya air baku Bendungan Tilong sekaligus mengakhiri krisis air bersih di Oelnasi, sebelum kemarahan warga memuncak dan bertindak anarkis," ucap Adam Sabaat di Kantor Desa Oelnasi, Kamis siang.
Oelnasi atau Bendungan Tilong berlokasi sekitar 35 kilometer sebelah timur Kota Kupang.
Sebelumnya, Kepala Desa Oenlasi Yohanes Haeleke juga membenarkan kekecewaan masyarakatnya karena diabaikan begitu saja menyusul berfungsinya air tampungan bendungan tersebut sejak 2002.
Ia mengakui masyarakat memang sudah mengancam akan merusak sarana air bersih Bendungan Tilong jika hingga akhir tahun ini air tetap hanya dialirkan bagi masyarakat Kota Kupang.