Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buruh Tuntut Penghapusan Sistem Kerja Kontrak

Kompas.com - 30/04/2012, 20:09 WIB
Ester Lince Napitupulu

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Momentum Hari Buruh bukanlah sekadar hari peringatan atas kemenangan kaum buruh pada masa lalu, namun menjadi tonggak perlawanan kaum buruh melawan kekuasaan yang berpihak pada kaum pemodal dan penghisap, yang menyengsarakan kaum buruh dan rakyat.

Ketua Umum Pengurus Pusat Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos mengatakan, para buruh harus sadar bahwa hak-hak kaum buruh tidak akan diberikan begitu saja oleh penguasa dan pemilik modal, namun harus direbut dengan perjuangan yang tak kenal lelah, penuh keberanian dan militansi.

"Perjuangan kaum buruh Indonesia dalam merebut kenaikan upah tahun 2012 semakin membuktikan bahwa hak harus direbut bukan dinanti dari kebaikan pemerintan, DPR, maupun pemilik modal," tutur Nining.

Konfederasi KASBI menilai bahwa pada saat ini sistem buruh kontrak dan outsourcing, dengan berbagai bentuknya seperti buruh lepas, harian dan mitra pada buruh transportasi merupakan musuh utama yang pertama kali harus dihancurkan. Sebab, sistem buruh kontrak dan outsourcing menjadi penghalang utama bagi kaum buruh untuk melakukan perjuangan selanjutnya.

Sistem Kerja Kontrak dan Outsourcing menyebabkan rakyat kehilangan hak atas kepastian kerja. Hak atas pekerjaan yang layak dan kepastian kerja menjadi jauh dari kenyataan bagi rakyat. Namun, sistem kerja kontrak dan outsourcing bukanlah satu-satunya ancaman bagi kaum buruh.

Pemerintah saat ini masih saja menerapkan politik upah murah dan masih saja menjadikan iklim investasi sebagai panglima, padahal sejatinya tugas negara yang utama adalah untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat. Namun nyatanya saat ini kepentingan modal lebih utama daripada kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Menurut Nining, kaum buruh Indonesia sebagai bagian dari rakyat Indonesia juga mengalami kesengsaraan dan penderitaan karena praktek ekonomi dari penjajahan gaya baru yang menyerahkan semua kegiatan ekonomi pada mekanisme pasar dan negara hanya berfungsi sebagai pelindung pasar. Akibat sistem ekonomi ini, subsidi dicabut, perusahaan negara diprivatisasi, perlindungan (proteksi) terhadap produksi dalam negeri dilarang.

"Akibatnya bagi kaum buruh dan rakyat adalah harga-harga kebutuhan pokok semakin mahal, perumahan, kesehatan dan pendidikan semakin mahal. Artinya rakyat semakin sengsara dan menderita," kata Nining.

Nining menyampaikan, konfederasi KASBI mengajak semua kaum buruh untuk kembali menyatukan dan merapatkan barisan, untuk bersama-sama menuntut dan memaksa penguasa agar menghapus sistem kerja kontrak dan outsourcing, membatalkan rencana kenaikan harga bahan bakar minyak, serta menurunkan harga bahan kebutuhan pokok.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com