Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1.000 Unit Batal, Berganti Rumah Sejahtera Tapak

Kompas.com - 05/03/2012, 20:00 WIB
Lukas Adi Prasetya

Penulis

RST di Batakan, kawasan timur Balikpapan ini, bertipe 36, dan luas tanahnya 108 meter persegi ini. Rangka rumah terbuat dari baja ringan model knock down. Sedangkan d indingnya dari bahan fiber semen (kalsibot), dan atapnya genteng metal. Pengembang sudah membuat dua unit rumah contohnya.

Murahnya harga rumah, jika dirunut, ialah karena PT CGSA menghibahkan 16 hektar dari total 94 hektar tanah. Karel nekat membangun karena ingin merespons program pemerintah pusat, dan membuktikan bahwa rumah murah bisa dibangun. Secara kalkukasi, PT CGSA rugi uang, walau itu nanti bisa ditutup sebagian dengan penjualan rumah komersial yang akan dibangun. Yang ingin didapat pengembang adalah nama dan kepercayaan.

Dari sisi warga, mereka melihat yang penting harga rumah segitu . Walau lokasi perumahan di puncak bukit dan masih berupa jalan tanah yang becek, tak jadi soal bagi warga. Tak heran, d engan sekejab, 4.000-an formulir terkumpul, dan setelah diverifikasi, tinggal 1.500 formulir yang akan diundi siapa yang berhak atas 1.000 unit. Namun, pengundian dan pembangunan tak terealisasi. Bahkan dihentikan sementara oleh pengembang. Belakangan si pengembang memberikan argumen.

Terlampau banyak yang disyarakatkan Pemkot dalam revisi site plan. Kami merasa dipersulit. Selain itu, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari pemerintah pusat juga ternyata belum jelas bagi bank yang kami harapkan sebagai pihak pemberi kredit rumah murah ini, kata Karel. Namun ia masih berharap FLPP bisa terealisasi.

Pemkot tidak bisa begitu saja menuruti kemauan PT CGSA, yang kesannya tiba-tiba punya program rumah murah. Membantu berarti itu dari dana AP BD, dan akan miliaran rupiah. Tak cukup berakhir di pertemuan yang difasilitasi DPRD Bali kpapan pada pekan lalu, beberapa hari kemudian Pemkot menggelar jumpa pers sendiri. Pemkot juga menyayangkan PT CGSA yang terburu-buru mengumumkan ke publik perihal rumah murah, padahal urusan administrasinya belum beres.

Dan pada akhirnya masyarakat lah yang kebingungan dan merasa keadilan tidak berpijak. Tedy Rumengan (37) salah satu pendaftar rumah menyebut, harga per unit Rp 26 juta sebenarnya telah menumbuhkan harapan. Di Balikpapan, kota yang terkenal biaya hidupnya tinggi, semua barang dan jasa harganya mahal. Rumah biasa tipe 36 yang letaknya cukup jauh dari pusat kota pun, harganya Rp 200 juta-Rp 250 juta.

"Kalau harga sampai naik, berat. Di sisi lain, kami tidak punya pilihan lain selain tetap membeli ketimbang tak akan pernah punya rumah. Daripada habis hampir Rp 1 juta per bulan untuk mengontrak, mendingan kredit rumah sendiri," ujar Tedy yang setahun ini mengontrak rumah di Perumahan Pondok Mentari, Balikpapan ini.

Tedy sudah 10 tahun lebih mengontrak rumah, dan berpindah-pindah ke beberapa tempat. Asa masih tergantung di benaknya untuk memiliki rumah, namun ia hanya bisa berdoa. Sebuah rumah yang kecil, masih menjadi mimpinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com