SURABAYA, KOMPAS
Ketua Harian Tim Pengelola Sementara (TPS) KBS Tony Sumampaw menuturkan, jerapah itu sejak lama dimasukkan dalam daftar satwa KBS yang rawan mati, baik karena alasan usia maupun sakit. Saat ini masih ada 47 ekor satwa lainnya dalam daftar itu. ”Pertengahan tahun lalu, nafsu makan jerapah ini sudah turun. Setelah ditangani tim medis, nafsu makannya sempat membaik, tetapi akhirnya mati,” katanya, Jumat (2/3).
Berdasarkan hasil otopsi, lanjut Tony, tim dokter menemukan banyak gumpalan plastik yang bercampur dengan sisa makanan di dalam tubuh jerapah. Selain itu, tim dokter juga menemukan cacing hati. Beberapa bagian tubuh jerapah itu dikirim ke laboratorium untuk diteliti. KBS kini tak lagi mengoleksi jerapah.
Manager Program Forum Konservasi Satwa Liar (Foksi) Jatim Indra Harsaputra mendesak agar konflik pengelolaan KBS segera diakhiri. Pihak yang terkait dengan pengelolaan KBS harus segera mencari solusi demi kepentingan satwa. ”Jumlah satwa yang mati akibat konflik perebutan lahan KBS selama lima tahun terakhir mencapai ribuan ekor,” katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, pihaknya tengah melakukan proses pendirian badan usaha milik daerah (BUMD) untuk mengelola KBS. Setelah terbentuk, baru diajukan hak pengelolaan KBS ke Kementerian Kehutanan. ”Pembentukan BUMD sudah hampir tuntas,” katanya.