Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kaldera Gunung Api yang Menghidupi

Kompas.com - 23/02/2012, 07:27 WIB

Oleh Agung Setyahadi/ Aloysius Budi K

KOMPAS.com - Sinar matahari menguak kabut yang menyelimuti kaldera Dieng, Jawa Tengah. Petani menyusuri pematang sambil memikul keranjang kentang hasil panen. Geliat kehidupan itu disaksikan Gunung Sindoro yang puncaknya menjulang di antara perbukitan yang membentengi Dieng.

Watno (28) yang sedang memanen kentang sekilas melihat ke arah Gunung Sindoro, yang aktivitas vulkaniknya meningkat pada 2011. Namun, Watno tidak risau dengan peningkatan aktivitas vulkanik Sindoro. Ia lebih mengkhawatirkan penurunan produktivitas lahan dan membanjirnya kentang impor.

Lahan miliknya pada musim panen akhir 2011 hanya menghasilkan 700 kilogram kentang dari satu kapling seluas sekitar 100 meter persegi. Padahal, biasanya bisa menghasilkan 1 ton kentang.

Selain menghadapi masalah produktivitas lahan, petani juga menghadapi persoalan membanjirnya kentang impor yang harganya murah, hanya Rp 3.000 per kilogram. Akibat membanjirnya kentang impor, harga kentang lokal anjlok dari Rp 6.000-Rp 8.000 per kilogram menjadi sekitar Rp 4.000 per kilogram.

”Sudah harga anjlok, petani harus memberi banyak pupuk untuk meningkatkan produktivitas lahan,” kata Watno.

Kesuburan tanah di Dieng terus berkurang setelah eksploitasi besar-besaran selama ratusan tahun. Namun, Dieng tetap tak kehilangan daya tarik. Kesuburan tanah Dieng telah menjadi magnet yang sangat kuat sejak masa lalu. Jejaknya bisa dilihat hingga sekarang berupa banyaknya candi yang dibangun di Dieng pada abad ke-7 dan ke-8 Masehi, misalnya Candi Bima, Candi Gatotkaca, dan Candi Pendawa.

Tanah vulkanik yang subur menjadi daya tarik ekonomi dan penggerak kehidupan, dengan menihilkan risiko bahaya dari sejumlah kawah di Dieng. Misalnya Edi Kartono (55). Setelah 17 tahun bekerja di sebuah badan usaha milik negara, lelaki asal Yogyakarta ini memilih menjadi petani di Dieng. Ia membeli lahan seluas 10.500 meter persegi dan kemudian ditanami kentang.

Komoditas kentang menjadi daya tarik tersendiri bagi petani di Dieng karena tanah dan udaranya cocok serta keuntungannya sangat menggiurkan, Rp 30 juta-Rp 40 juta sekali panen, jika harga sedang bagus.

Potensi bencana

Selama bertahun-tahun, warga setempat dan masyarakat pada umumnya mengenal Dieng sebagai dataran tinggi atau biasa disebut plato.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com