Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pocong Gaul Bergentayangan

Kompas.com - 15/01/2012, 02:17 WIB

Kalau kita perhatikan, film horor Indonesia sejak tahun 1998 mengalami sejumlah pergeseran. Selain karakter hantunya berubah, habitat mereka pun meluas dari sekadar kuburan dan rumah tua ke apartemen, kampus, rumah sakit, hingga diskotek. Orang yang mereka takut-takuti pun tidak sebatas hansip atau tukang bakso di desa, tetapi juga mahasiswa dan profesional muda.

Penelitian Veronica Kusumaryati tentang hantu-hantu dalam film horor Indonesia juga menemukan, cerita film horor tahun 1998-2008 lebih banyak digali dari legenda masyarakat urban. Sebelumnya, tahun 1970-1998, cerita film horor digali dari legenda masyarakat pedesaan, terutama Jawa.

Meski ceritanya urban dan melibatkan sosok-sosok urban seperti mahasiswa dan profesional muda, alam pikiran yang dikembangkan dalam film pocong masa kini tetap saja tradisional. Simak saja dasar cerita Pocong Kesetanan. Santo (Aziz Gagap) dijemput tiga kawan sekampung yang dikirim ayahnya. Namun, Santo menolak lantaran malam itu dia mendapat ”wangsit” bahwa ada setumpuk harta di sebuah kuburan China.

Bersama tiga teman sekampung dan tiga mahasiswa, Aziz kemudian mencomot harta karun itu dari sebuah peti tak terkubur di sebuah kuburan. Bisa ditebak, mereka kemudian dikejar-kejar hantu—dalam bentuk pocong—penunggu kuburan.

Cerita Pocong Ngesot tidak jauh berbeda. Seorang mahasiswa dari desa di Jakarta hendak diputus hubungan cintanya oleh sang pacar di desa. Bersama teman-teman kosnya, dia datang ke dukun untuk meminta jimat pelet. Sang dukun memberi syarat, pelet bakal didapat asalkan mahasiswa itu memberikan sesaji lengkap di sebuah tempat angker.

Sialnya, sesaji yang dibawa ke tempat angker tidak lengkap sehingga hantu penunggunya marah. Si hantu berwujud pocong kemudian meneror kelompok mahasiswa itu.

Begitulah, motivasi pocong untuk muncul pun serba tidak jelas. Kalau dulu pocong muncul karena ingin balas dendam atau menuntut balas, sekarang pocong muncul hanya lantaran tersinggung seperti dalam film Pocong Minta Kawin. Syahdan, ada mahasiswa menemukan benda-benda peninggalan almarhum Ningsih. Para mahasiswa itu mencela foto Ningsih—ketika hidup—yang bergigi tonggos. Hantu Ningsih (dalam bentuk pocong) tersinggung dan mengejar para mahasiswa itu.

Lebih gila lagi di film Pocong Kesetanan. Pocong menguntit Aziz Gagap hanya karena si pocong nge-fans berat dan ingin membuat foto bersama dengan telepon genggam.

Soal logikanya nyambung atau tidak, itu urusan belakangan. Pocong-pocong gaul itu nyata-nyata memang diniatkan untuk ditertawakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com