Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pocong Gaul Bergentayangan

Kompas.com - 15/01/2012, 02:17 WIB

Budi Suwarna & Nur Hidayati

Pocong masih terus ”bergentayangan” di dunia perfilman Indonesia. Namun, sosok dan citranya dipermak habis-habisan. Pocong yang dulunya seram kini muncul dalam wujud yang imut, gaya, dan kadang galau.

Tengoklah sosok pocong dalam film Pocong Kesetanan. Si pocong berwajah ganteng meski sudah dibungkus kain kafan. Dia mengenakan kaca mata gaul dan eksis di jejaring media sosial. Untuk menegaskan ”gaya hidupnya” yang berubah urban, si pocong berkata, ”Pocong zaman sekarang tuh seperti gue. Kece dan eksis di Twitter.”

Bukan Pocong Biasa menampilkan pocong bersepatu roda. Apa alasannya? Ternyata si pocong kelelahan kalau harus mengejar manusia dengan melompat-lompat. Maka, dia gunakanlah sepatu roda. Pocong di film ini mengikuti perkembangan tren gaya hidup dan dunia hiburan. Si pocong yang bibirnya ditindik itu lihai menarikan tari kejang (breakdance) dan doyan menonton film horor di televisi sambil duduk di sofa empuk.

Di film pocong lainnya muncul pocong berwarna merah jambu, pocong imut, pocong galau, dan pocong labil karena sebentar jadi pocong, sebentar jadi kuntilanak. Ada juga pocong penakut di Poconggg Juga Pocong yang justru jadi korban kejahilan jenis setan lainnya.

Keangkeran dan keseraman pocong sekarang memang dilucuti habis-habisan. Bahkan, pocong yang sebelumnya digambarkan digdaya, menggetarkan, dan sulit diatasi manusia, kini berubah jadi tak berdaya. Pocong, misalnya, bisa tersandung atau terantuk portal jalan ketika sedang melompat. Pocong juga bisa ditangkap dan dihajar manusia hingga babak belur dan kain kafannya compang-camping.

Gope T Samtani dari Rapi Film yang rajin memproduksi film pocong mengatakan, film pocong sekarang dibuat untuk lucu-lucuan. Itu sebabnya, film pocong produksi Rapi kerap melibatkan pelawak seperti Aziz Gagap dalam Pocong Ngesot dan Kepergok Pocong.

Tren komedi pocong, kata Gope, akan bertahan tahun 2012, apalagi film Poconggg Juga Pocong produksi Maxima Pictures laris manis di pasaran. Menurut catatan Persatuan Produser Film Indonesia, film ini ditonton 611.290 orang. Untuk film bergenre horor tahun 2011, raihan penonton film ini hanya bisa dikalahkan film Arwah Goyang Karawang yang mencatat 725.414 penonton.

Gope mengatakan, tahun lalu dia memproduksi dua film pocong. Tahun ini, dia akan memproduksi film pocong lagi yang proses shooting-nya dimulai Februari.

Pocong urban

Kalau kita perhatikan, film horor Indonesia sejak tahun 1998 mengalami sejumlah pergeseran. Selain karakter hantunya berubah, habitat mereka pun meluas dari sekadar kuburan dan rumah tua ke apartemen, kampus, rumah sakit, hingga diskotek. Orang yang mereka takut-takuti pun tidak sebatas hansip atau tukang bakso di desa, tetapi juga mahasiswa dan profesional muda.

Penelitian Veronica Kusumaryati tentang hantu-hantu dalam film horor Indonesia juga menemukan, cerita film horor tahun 1998-2008 lebih banyak digali dari legenda masyarakat urban. Sebelumnya, tahun 1970-1998, cerita film horor digali dari legenda masyarakat pedesaan, terutama Jawa.

Meski ceritanya urban dan melibatkan sosok-sosok urban seperti mahasiswa dan profesional muda, alam pikiran yang dikembangkan dalam film pocong masa kini tetap saja tradisional. Simak saja dasar cerita Pocong Kesetanan. Santo (Aziz Gagap) dijemput tiga kawan sekampung yang dikirim ayahnya. Namun, Santo menolak lantaran malam itu dia mendapat ”wangsit” bahwa ada setumpuk harta di sebuah kuburan China.

Bersama tiga teman sekampung dan tiga mahasiswa, Aziz kemudian mencomot harta karun itu dari sebuah peti tak terkubur di sebuah kuburan. Bisa ditebak, mereka kemudian dikejar-kejar hantu—dalam bentuk pocong—penunggu kuburan.

Cerita Pocong Ngesot tidak jauh berbeda. Seorang mahasiswa dari desa di Jakarta hendak diputus hubungan cintanya oleh sang pacar di desa. Bersama teman-teman kosnya, dia datang ke dukun untuk meminta jimat pelet. Sang dukun memberi syarat, pelet bakal didapat asalkan mahasiswa itu memberikan sesaji lengkap di sebuah tempat angker.

Sialnya, sesaji yang dibawa ke tempat angker tidak lengkap sehingga hantu penunggunya marah. Si hantu berwujud pocong kemudian meneror kelompok mahasiswa itu.

Begitulah, motivasi pocong untuk muncul pun serba tidak jelas. Kalau dulu pocong muncul karena ingin balas dendam atau menuntut balas, sekarang pocong muncul hanya lantaran tersinggung seperti dalam film Pocong Minta Kawin. Syahdan, ada mahasiswa menemukan benda-benda peninggalan almarhum Ningsih. Para mahasiswa itu mencela foto Ningsih—ketika hidup—yang bergigi tonggos. Hantu Ningsih (dalam bentuk pocong) tersinggung dan mengejar para mahasiswa itu.

Lebih gila lagi di film Pocong Kesetanan. Pocong menguntit Aziz Gagap hanya karena si pocong nge-fans berat dan ingin membuat foto bersama dengan telepon genggam.

Soal logikanya nyambung atau tidak, itu urusan belakangan. Pocong-pocong gaul itu nyata-nyata memang diniatkan untuk ditertawakan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com