Gempa: Ada yang Panik, Ada yang "Ketiduran"

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Gempa besar mengguncang Banda Aceh dan kota-kota lainnya di Aceh, Rabu (11/1/2012) dini hari. Warga berhamburan ke luar rumah karena sempat muncul peringatan bahaya tsunami. Pagi ini, aktivitas warga Banda Aceh dan Aceh Besar mulai normal. Topik utama cerita pagi adalah kepanikan.

"Saya lagi tidur," cerita seorang warga tentang gempa 7,1 SR pukul 01.30.
"Istri saya membangunkan. Saya tanya kok goyang."
"Goyang apa? Ini gempa. Ayo lari ..." hardik sang istri.
Seketika mereka kabur ke luar rumah.

"Saya ketiduran, Bang," cerita yang lainnya.
"Saya tidak tahu apa-apa," sambungnya santai.

Gempa dini hari itu, untungnya, tidak membawa kerusakan besar. Sebagian besar warga Aceh sedang tertidur lelap ketika gempa datang. Pasalnya, sejak berbagai kasus penembakan warga sipil, kota-kota di Aceh menghentikan aktivitas lebih cepat, toko dan warung kopi tutup, warga takut ke luar rumah.

Di Wisma Permata Hati, Aceh Besar, cerita cukup seru. Karyawan hotel berlarian ke kamar-kamar tamu, menggedor pintu kamar, sebelum mereka sendiri lari menyelamatkan diri. "Untung gempanya tidak lama," kata karyawan wisma tersebut.

Pada saat tsunami besar menewaskan lebih dari 200.000 orang pada Desember 2004 memang terjadi gempa besar. Gempa kali ini pun diwarnai peringatan BMKG mengenai ancaman tsunami walau kemudian dicabut setelah aktivitas mereda. Beda dari gempa kali ini, gempa dengan tsunami besar tujuh tahun lalu berlangsung sporadis dan dalam tempo hampir satu jam. Kali ini cuma beberapa menit.

"Dulu pohon kelapa bergoyang, air di bak mandi tergoncang, piring dan sendok berbunyi, dan bumi bergoyang membuat kita mabuk seperti naik perahu di tengah badai," kata seorang warga tentang gempa tahun 2004.