Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyatuan Diri dengan Gunung Rinjani

Kompas.com - 08/01/2012, 21:22 WIB

Ketua Tim Penulis: Ahmad Arif
Tim Penulis: Indira Permanasari, Agung Setyahadi, Agustinus Handoko, Cornelius Helmy Herlambang

DIPISAHKAN oleh selat kecil nan dalam, Pulau Lombok seperti kembaran Pulau Bali. Gunung Rinjani menjulang di tengah pulau ini, persis seperti Gunung Agung yang berdiri megah di tengah Pulau Dewata.

Berbeda dengan masyarakat Bali yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Hindu, masyarakat di sekitar Gunung Rinjani dan Lombok memeluk agama Islam. Sama seperti masyarakat di lereng Gunung Agung, sebagian masyarakat di lereng Gunung Rinjani juga masih memercayai kekuatan adikodrati yang menjaga gunung.

Jejak kepercayaan itu terlihat saat 11 warga Sembalun Bumbung, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, menggelar ritual pemandian suci di hulu Sungai Kokok Putih di sekitar kaldera Gunung Rinjani pada 29 September 2011.

Siang itu, mereka duduk di tepian telaga. Kaki anak-anak muda itu terendam air sebatas lutut. Kain putih membelit tubuh mereka sebatas pinggang. Udeng yang juga berwarna putih melilit kepala. Mereka menunggu dalam diam.

Dari celah tebing, air panas mengucur deras ke telaga. Asap tipis mengepul di sepanjang tali air yang berwarna putih kekuningan, kontras dengan hitamnya bebatuan. Bau belerang samar tercium. Uapnya mengusir hawa dingin.

Beberapa langkah dari tepi telaga, pada sebuah ceruk, Haji Purnipa (65) duduk bersila. Semerbak harum bunga, kemenyan, dan gaharu menguar dari tungku kecil di depannya. Di ceruk itu dia membaca doa-doa. ”Memohon izin kepada para aulia—orang suci yang dianggap menjadi wakil Tuhan di bumi,” kata Purnipa.

Seusai berdoa, dia melangkah ke arah telaga dan duduk bersila di atas batu besar. Sejenak Purnipa terdiam. Lalu, tiba-tiba terdengar suara berat menggema. Purnipa melantunkan tembang Kumambang Pengerumrum—di Jawa dikenal sebagai Maskumambang. Suaranya terpantul di dinding-dinding tebing yang mengelilingi lembah itu.

Melalui tembang itu, Purnipa memanjatkan doa-doa untuk anak-anak muda itu. Pertama-tama, doa dipanjatkan kepada Dewi Anjani, yang disebutnya sebagai penguasa Danau Segara Anak. Lalu, kepada para wali dari maghrib (barat) sampai masyriq (timur). Doa juga dipanjatkan kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW. ”Semoga anak-anak itu menemukan apa yang diniatkan, yaitu pencarian jati diri,” katanya.

Bersama dengan dendang tembang, anak-anak muda itu bergantian menyelam dalam telaga. Mereka telentang di dalam air hangat itu. Napas tertahan, telapak tangan menyatu di dada, dan mata terpejam.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com