Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawah Ijen, Penyelamat Sekaligus Ancaman

Kompas.com - 02/01/2012, 18:03 WIB
M Zaid Wahyudi

Penulis

Dalam Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Ijen disebutkan, air kawah bersumber dari siklus hidrologi, mulai dari air hujan, air permukaan, hingga air bawah tanah.

Pada musim hujan, permukaan air kawah akan naik dan dikeluarkan melalui dam. Cara ini terakhir dilakukan tahun 1976. Hal ini menunjukkan makin susutnya air kawah.

Susutnya air kawah berdampak pada keluarnya air kawah melalui celah bebatuan di dasar kawah. Air kawah itu bergerak menuju laut melalui Kali Banyupahit-Banyuputih.

Kali Banyupahit-Banyuputih yang terentang mulai dari Bondowoso hingga Situbondo membelah permukiman, persawahan, perkebunan, dan kawasan industri. Akibatnya, air minum sumur warga terasa pahit, menimbulkan gatal-gatal dan merusak gigi. Komponen logam mudah berkarat dan tanaman tidak tumbuh sempurna. Hal itu diketahui dari penelitian yang dilakukan PVMBG tahun 2006.

Saat aktivitas Ijen meningkat, air kawah bisa tumpah. Letusan kecil yang membuat air kawah terlontar hingga ketinggian 20 meter dari permukaan danau akan membuat air kawah terlempar keluar bibir kawah.

Menurut Surono, sejumlah rekomendasi pernah ditawarkan untuk menyelamatkan penduduk di lereng bawah Gunung Ijen dari bahaya air kawah. Hal itu antara lain penaburan kapur dan pembuangan air kawah langsung ke laut.

Tentu saja tidak ekonomis menaburi 30 juta meter kubik air kawah dengan kapur.

Pembuatan terowongan untuk membuang langsung air kawah ke laut juga sulit dilakukan. Proses pengeboran akan mencipratkan air kawah yang membahayakan pekerja. Peralatan pengeboran juga akan cepat rusak akibat karat.

Karena itu, mengevakuasi penduduk di kaki Gunung Ijen, khususnya di sepanjang bantaran Kali Banyupahit-Banyuputih, menjadi langkah utama. Saat Gunung Ijen meletus, 9.000 penduduk di daerah rawan bencana harus segera diungsikan.

”Hidup di daerah bencana tak perlu membuat masyarakat ketakutan. Hal yang harus dilakukan adalah menciptakan masyarakat yang mampu hidup harmonis dengan ancaman bencana,” kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com