Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Tektonik Picu Letusan

Kompas.com - 07/12/2011, 04:37 WIB

Tipe strato

Gunung Gamalama bertipe strato, yaitu berbentuk kerucut atau kerucut terpotong di atasnya. Ia tersusun atas lapisan aliran lava dan endapan piroklastika (batuan dari material vulkanik).

Dari lelehan lava dan piroklastika, letusan Gamalama diperkirakan lebih dari 60 kali. Letusan tercatat sejak tahun 1538 hingga 2003 dengan jarak antar-letusan 1-50 tahun.

Letusan Gamalama umumnya berlangsung di kawah utama. Data PVMBG menyebutkan, satu-satunya letusan di lereng Gamalama terjadi tahun 1907 di lereng timur. Letusan disertai leleran lava hingga ke pantai kini berwujud bebatuan hitam yang dikenal sebagai situs Batu Angus di Ternate Utara.

Sejak berstatus Siaga, Gamalama meletus pada Senin (5/12) pukul 00.08. ”Suaranya gemuruh bersama dengan hujan lebat sehingga banyak warga mengira itu petir. Namun, hujan yang turun bukan hanya air, melainkan bercampur debu hitam,” kata Aja Djafar, warga Kelurahan Santiong, Ternate Tengah.

Hujan menguntungkan warga. Abu yang turun langsung tersapu air hingga tak menumpuk. Namun, di sejumlah daerah, hujan air dan abu vulkanik menimbulkan banjir lumpur.

Menurut Surono, letusan Gamalama sepanjang Senin menunjukkan kawah Gamalama sudah terbuka. Letusan samping melalui lereng gunung tidak mungkin terjadi.

Kondisi ini meminimalkan ancaman mengingat lereng Gamalama dipenuhi permukiman warga. Gunung Gamalama terletak di Pulau Ternate yang radiusnya 5,8 kilometer. Di kaki gunung itu terletak Ternate, kota terpadat di Maluku Utara. Jika berstatus Awas, daerah bahaya yang harus dikosongkan beradius 3,5 km dari puncak.

Suara gemuruh yang muncul menunjukkan letusan bersifat eksplosif berupa lontaran, bukan lelehan magma. Namun, lontaran lava, kata Surono, tidak akan jauh karena lubang kawah Gamalama sangat besar dan dalam. Akibatnya, sebagian besar material pijar yang dilontarkan akan kembali masuk ke kawah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com