Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gempa Tektonik Picu Letusan

Kompas.com - 07/12/2011, 04:37 WIB

Oleh M Zaid Wahyudi

Setelah berstatus Waspada selama 3,5 tahun, Gunung Gamalama di Pulau Ternate, Maluku Utara, dinaikkan statusnya menjadi Siaga sejak Minggu, 4 Desember 2011, pukul 23.00 WIT. Sekitar satu jam kemudian, mulai terjadi letusan dan turun hujan abu. Dua gempa tektonik pada Minggu petang menjadi pemicu peningkatan tiba-tiba aktivitas gunung itu. 

Status Waspada Gunung Gamalama ditetapkan sejak 11 Mei 2008. Hal ini tergolong lama dibandingkan dengan status Waspada Gunung Merapi pada letusan 2010 yang hanya sekitar satu bulan.

”Setiap gunung api, bahkan letusan gunung api yang sama, sifatnya bisa berbeda. Ketidakpastian yang melingkupi peningkatan aktivitas gunung api menuntut pengamatan dan penelitian terus-menerus,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Senin (5/12).

Gempa tektonik yang terasa, tetapi tidak tercatat di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terjadi pukul 18.31 dan 19.39 WIT. Ini meningkatkan aktivitas gunung hingga pukul 22.58 terjadi getaran tremor terus-menerus.

Pos pengamatan gunung api di Marikurubu, Ternate Selatan, yang berjarak 4 kilometer dari puncak gunung mencatat 60 gempa vulkanik sejak Minggu pukul 16.50 hingga pukul 23.00. Gempa ini menandai peningkatan aktivitas gunung api hingga statusnya dinaikkan jadi Siaga.

SR Wittiri dalam buku Gunungapi Indonesia yang Meletus Periode 1995-2003 (2003) mencatat, letusan Gamalama tahun 1775, 1980, 1983, 1992, dan 1993 didahului gempa tektonik.

Selama masa Waspada, Gamalama beberapa kali meletus dengan sifat letusan preatik. Letusan ini terjadi akibat magma bersuhu tinggi memanaskan air tanah atau zona di sekitarnya hingga mendesak lapisan tanah di atasnya dan menimbulkan letusan. Ciri utama letusan preatik adalah kepulan asap putih tebal yang menunjukkan kandungan asap itu adalah uap air.

Menurut Surono, tingkat bahaya letusan Gamalama saat ini belum terlalu mengancam sehingga belum perlu dinaikkan menjadi Awas.

Status Waspada mengharuskan radius 2 kilometer dari kawah dikosongkan. Sebaiknya area yang dikosongkan beradius 2,5 kilometer. Daerah ini tidak berpenghuni, tetapi sering ada pendaki mencoba mendekati kawah.

Tipe strato

Gunung Gamalama bertipe strato, yaitu berbentuk kerucut atau kerucut terpotong di atasnya. Ia tersusun atas lapisan aliran lava dan endapan piroklastika (batuan dari material vulkanik).

Dari lelehan lava dan piroklastika, letusan Gamalama diperkirakan lebih dari 60 kali. Letusan tercatat sejak tahun 1538 hingga 2003 dengan jarak antar-letusan 1-50 tahun.

Letusan Gamalama umumnya berlangsung di kawah utama. Data PVMBG menyebutkan, satu-satunya letusan di lereng Gamalama terjadi tahun 1907 di lereng timur. Letusan disertai leleran lava hingga ke pantai kini berwujud bebatuan hitam yang dikenal sebagai situs Batu Angus di Ternate Utara.

Sejak berstatus Siaga, Gamalama meletus pada Senin (5/12) pukul 00.08. ”Suaranya gemuruh bersama dengan hujan lebat sehingga banyak warga mengira itu petir. Namun, hujan yang turun bukan hanya air, melainkan bercampur debu hitam,” kata Aja Djafar, warga Kelurahan Santiong, Ternate Tengah.

Hujan menguntungkan warga. Abu yang turun langsung tersapu air hingga tak menumpuk. Namun, di sejumlah daerah, hujan air dan abu vulkanik menimbulkan banjir lumpur.

Menurut Surono, letusan Gamalama sepanjang Senin menunjukkan kawah Gamalama sudah terbuka. Letusan samping melalui lereng gunung tidak mungkin terjadi.

Kondisi ini meminimalkan ancaman mengingat lereng Gamalama dipenuhi permukiman warga. Gunung Gamalama terletak di Pulau Ternate yang radiusnya 5,8 kilometer. Di kaki gunung itu terletak Ternate, kota terpadat di Maluku Utara. Jika berstatus Awas, daerah bahaya yang harus dikosongkan beradius 3,5 km dari puncak.

Suara gemuruh yang muncul menunjukkan letusan bersifat eksplosif berupa lontaran, bukan lelehan magma. Namun, lontaran lava, kata Surono, tidak akan jauh karena lubang kawah Gamalama sangat besar dan dalam. Akibatnya, sebagian besar material pijar yang dilontarkan akan kembali masuk ke kawah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com