Ia mencontohkan, perjalanan botol bekas pun harus jelas. Ia mengaku menelusuri siapa pun yang bakal membelinya meskipun digunakan untuk tempat menjual bensin di ruas-ruas jalan.
”Kami tidak ingin botol itu dimanfaatkan yang tidak semestinya. Ini wujud tanggung jawab pada alam dan penyewa jasa,” tutur Warta.
Namun, perjuangan Jimbaran Lestari ini pun lumayan panjang saat meyakinkan puluhan hotel tersebut mau menerima jasa mereka. Kini, mereka menikmati hasilnya.
”Yang pasti, kami merasa cinta terhadap lingkungan dan terus berupaya bagaimana mempropagandakan usaha ini demi alam sekitar kita agar tetap terjaga. Ya, meskipun masih kecil,” tutur Warta.
Warta, ini merupakan salah satu dari enam bersaudara, termasuk pemilik dan Direktur PT Jimbaran Lestari I Nyoman Sutarma (45) dan I Made Seni (45), istri Sutarma, yang juga Manajer PT Jimbaran Lestari, yang merintis usaha pengolahan sampah dari awal berdiri pada tahun 1994.
Pada awal berdirinya, Jimbaran Lestari tersebut masih merupakan usaha dagang karena hanya penyedia jasa pengangkutan dan pemilahan sampah.
Karena berkembang, terutama berkaitan dengan produksi kompos dari sampah tersebut, UD Jimbaran Lestari berubah badan hukum menjadi perseroan terbatas (PT) pada Juni 1996.
Seiring berkembangnya usaha, jumlah karyawan pun bertambah terus menjadi 50 orang. Jumlah truk bertambah dari satu unit menjadi delapan unit.
Luas lahan yang digunakan pun melebar dari hanya 3 are, kini 80 are atau 8 hektar tanah direlakan untuk proses pengolahan dan pemilahan sampah.