Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tenun, Asa untuk Mamasa

Kompas.com - 28/07/2011, 04:22 WIB

Dorsila (50) telah menenun lebih dari empat dasawarsa, sejak gadis belia hingga menjadi janda. Dengan terus menenun pula dia menyaksikan Mamasa berubah dari sebuah desa menjadi kabupaten yang disapa prahara.

Bunyi alat tenun bambu yang beradu selalu terdengar di Kelurahan Rante Sepang, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, sepanjang hari. Hari terasa begitu panjang bagi para perempuan dusun ini yang sepuluh jam sehari bersetia merekatkan benang lungsin dan pakan.

Awal Juli musim kemarau kali ini pun terasa begitu menyiksa. Dorsila tak memiliki sawah dan kebun untuk digarap, hanya pada tenun yang tengah dikerjakannya dia berharap. Ibu tiga anak ini menenun sambu (sarung) barumbun yang coraknya berkumpul di tengah. ”Paling cepat dua minggu sudah selesai,” ucapnya tanpa menghiraukan kacamata yang melorot ke batang hidung.

Seperti telah digariskan, semua perempuan di Rante Sepang belajar menenun sejak belia. Mereka meneruskan apa yang dilakukan ibu dan neneknya. Beruntung bagi Dorsila karena saat ini para penenun berkumpul dalam kelompok. Dorsila, misalnya, bergabung dengan kelompok Kada Situru.

Dorsila diupah Rp 60.000 untuk setiap sambu yang ditenunnya. Setidaknya dia menghasilkan Rp 120.000 dalam sebulan. ”Tidak banyak, tetapi tidak kekurangan,” tuturnya.

Tenun adalah kehidupan para perempuan Rante Sepang. Rice (37) yang masih melajang memberdayakan dirinya lewat tenun. Dia satu-satunya perempuan seusianya yang menamatkan sekolah menengah atas. Hal ini membanggakan karena SMA terdekat berada di Kecamatan Sumarorong, sekitar 30 kilometer dari Balla.

Mimpi Rice berakhir karena keluarga tidak memiliki biaya untuk menyekolahkan putrinya ke perguruan tinggi. Menenun adalah opsi terakhir yang akhirnya dia nikmati. Selain bergabung dengan kelompok Kada Situru, Rice pun menerima pesanan tenun secara pribadi.

Rice belajar membuat pola-pola tenun yang baru. Semula dia hanya membuat sambu bembe, tenun dengan desain pola terfokus di sisi samping. Jenis ini umumnya diminati orang tua karena lebih sederhana. Kini dia juga mulai mengombinasikan banyak pola untuk sambu barumbun yang lebih modern. ”Keahlian menenun ternyata sangat berguna bagi kami di desa,” ujarnya.

Bertahan dalam tenun

Tenun adalah senjata bagi perempuan Mamasa untuk bertahan di daerah yang terisolasi. Mamasa, pemekaran dari Kabupaten Polewali Mamasa, baru disahkan pada 10 April 2002. Lanskap pegunungan yang dipadati pohon pinus di daerah ini seakan mengepung penduduknya dalam keterasingan yang stagnan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com