Manado, Kompas
Para warga tersebut berasal dari Kelurahan Kinilow I, Kinilow II, dan Kakaskasen, Kecamatan Tomohon Utara, 3-4 kilometer dari kawah letusan Tompaluan. Mereka diangkut dengan bus milik pemerintah kota setempat ke lokasi pengungsian di Gedung SMA Kristen Tomohon di Kota Tomohon.
”Sebagian besar pengungsi terdiri dari anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia. Pengungsian ini untuk mengantisipasi jika kondisi Gunung Lokon sewaktu-waktu memburuk,” kata petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Tomohon Royke Ambrosius.
Pemantauan
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Utara Brigadir Jenderal (Pol) Carlo Tewu bersama Sekretaris Daerah Kota Tomohon Arnold Poli memimpin langsung proses evakuasi warga. Polda Sulawesi Utara mengerahkan 100 anggotanya membantu pengungsi sekaligus mengamankan rumah yang ditinggalkan warga mengungsi.
Di Jakarta, Senin lalu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menetapkan radius 3,5 kilometer dari puncak Gunung Lokon sebagai kawasan bencana II. Dengan status tersebut, sebanyak 28.057 warga yang tinggal di zona itu harus siap untuk dievakuasi.
Hendra Gunawan, Ketua Tim Tanggap Darurat dari Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, mengatakan, ancaman bahaya untuk saat ini adalah terjadinya letusan magmatik yang disertai dengan lontaran material pijar, pasir, dan hujan abu tebal secara tiba-tiba dari kawah Tompaluan.
Pada Selasa kemarin, kawah Tompaluan mengeluarkan asap kelabu dan abu vulkanik rata-rata setinggi 200 meter. Kawah yang berjarak sekitar 3,5 kilometer dari puncak Gunung Lokon ini cukup aktif mengeluarkan ”isi perut” sejak tahun 1952.
Hingga Selasa sore, kondisi Kota Tomohon masih normal seperti biasanya. Tidak tampak kepanikan warga di kota tersebut. Kota Tomohon juga masih bebas dari hujan debu vulkanik.
Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Berapi Sulawesi Utara Farid Ruskanda Bina, gempa tremor masih terjadi sejak Senin malam dengan amplitudo 0,5-20 milimeter. ”Kami tak bisa memprediksi apakah aktivitas Gunung Lokon sudah mereda atau belum. Gunung ini bersifat dinamis atau fluktuatif, yaitu kadang meninggi dan kadang menurun aktivitasnya,” ujarnya.