Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Ibu Tak Hanya Terkait Isu Medis

Kompas.com - 09/07/2011, 07:03 WIB

”Ditambah banyaknya tabu makanan, ibu bisa kurang gizi dan kurang darah,” tambah Sukma, ”Ibu hamil pantang makan ikan, ayam, dan kacang-kacangan. Selama 40 hari setelah melahirkan, ibu hanya makan bubur putih tanpa garam, katanya agar lukanya cepat sembuh, dan tali pusat anaknya cepat lepas.”

Tatobi adalah memandikan ibu melahirkan dengan cara mengompreskan air ramuan mendidih ke tubuh ibu yang sudah dilumuri minyak kelapa murni. ”Kalau tak benar bisa melepuh,” ujar Victoria yang akrab disapa Aci Mai (61), dukun tatobi.

Rumit

Bidan yang menyatu dengan masyarakat setempat, seperti Sukma, tak bisa diandaikan. Maria Lassa (54), dukun tak terlatih dari Desa Penfui Timur, tetap membantu proses kelahiran karena warga merasa lebih nyaman melahirkan dengan dukun meski ada tiga bidan di lima Dusun Penfui Timur.

”Saya dibentak-bentak bidan dalam kondisi kesakitan mau melahirkan dan dibiarkan terbaring di lantai teras puskesmas pembantu. Bidan merujuk ke rumah sakit karena katanya tali pusat bayi saya melilit di leher, tetapi kami tak punya ongkos ke rumah sakit,” ujar Enny Saba’at (21).

Di rumah berdinding bambu, beratap rumbia dengan lubang di sana-sini, perempuan lulusan SD itu mengungkapkan, ia melahirkan di pintu rumah. Bayinya normal. ”Baru kami panggil Ibu Maria Lassa untuk memotong ari-ari dan membersihkan semuanya,” kenang Enny.

Persoalan lain adalah tingginya tingkat kelahiran. Menurut Sukma, di Fatuleu, rata-rata keluarga punya anak empat sampai lima. ”Anak kedua saya meninggal karena busung lapar,” ujar Antoneta Toalaka (39). Ibu sembilan anak di Penfui Timur itu harus memanggul ranting kayu seberat lebih dari 15 kilogram dua kali sehari untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Isu krusial

Persoalan kesehatan ibu dan anak di NTT bukan isu kesehatan semata. Memang masalah dukun dan ketersediaan bidan berkualitas sangat penting, tetapi menjadi naif apabila akar persoalannya tidak dipahami.

NTT dikenal dengan tingkat kemiskinannya dan merupakan satu dari tiga provinsi dengan angka kematian ibu (AKI) melahirkan dan angka kematian bayi (AKB) tertinggi di Indonesia. AKI di NTT adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup dari angka nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com