Team work
Awalnya, kita harus mengetahui karakteristik atau profil rute lomba, seperti rute datar, rute untuk kriterium atau time trial, atau rute tanjakan di pegunungan.
Contoh seperti Tour de Singkarak yang terdiri atas tujuh etape, hampir 70 persen tanjakan dan 30 persen jalan datar. Berarti kita harus mengisi tim yang terdiri atas lima orang ini dengan pebalap yang bertipe tanjakan 2-3 orang, sedangkan dua orang bisa menjadi tracker atau penarik kecepatan dan satu sprinter. Setiap pebalap memiliki karakter kekuatan yang berbeda secara spesifik, baik kekuatan tanjakan, kekuatan sprint, maupun kekuatan tracker.
Komposisi pebalap dalam tim seperti ini sangat ideal untuk menghadapi medan tanjakan, dan itu akan menentukan hasil keseluruhan.
Adapun tugas pebalap tanjakan adalah, bila rute tanjakan di pegunungan, dia harus tetap di depan dan dibantu tracker yang akan membantu bila ada pembalap dari tim lain mencoba
Membantu artinya membuat kecepatan dengan pace tinggi di posisi depan grup agar mendekati pebalap yang break away kembali dalam grup. Atau, bila rekan setimnya break away,
Begitu juga untuk rute datar atau kriterium, tugas tracker menjaga jangan sampai ada pebalap yang break away dan juga melakukan kecepatan tinggi menjelang garis akhir hingga lebih kurang 1-2 km. Karena, sprinter yang bertugas menyelesaikan menyodok posisi depan masuk finis duluan dan menjadi juara. Jadi, sprinter melakukan power burst-nya dalam jarak pendek menuju garis akhir.
Untuk mencapai kemenangan, banyak strategi yang harus diterapkan pebalap sesuai dengan kondisi dan situasi lomba. Taktik dan strategi lomba hanya didapatkan bila seorang pebalap sering ikut lomba. Taktik dan strategi tidak efektif bila hanya diberikan secara teori dan teknis dalam latihan.
Satu tim harus kompak, all for one. Kerja sama tim sesuai dengan kemampuan tiap-tiap pebalap akan menentukan juara baik individu maupun tim, dan kemenangan itu tidak identik dengan kemenangan individu.