KENDARI, KOMPAS -
”Jika (jembatan) terwujud, otomatis pelabuhan akan mati karena tinggal kapal-kapal kecil saja yang akan bisa masuk pelabuhan,” kata Manajer Operasi PT Pelindo IV Kendari Muhdar, Selasa (7/6).
Jembatan sepanjang 1.360 meter dan tinggi 25 meter yang mulai dibangun tahun ini menghubungkan kedua ujung Teluk Kendari. Jembatan itu merupa-
Namun, posisi jembatan yang ditargetkan rampung pada 2014 ini tepat di mulut teluk sehingga memagari Pelabuhan Kendari yang terletak di dalam teluk. Dengan ketinggian jembatan hanya mencapai 25 meter, dipastikan kapal-kapal besar tidak bisa lewat.
”Sebagai gambaran, tinggi KM Tilongkabila saja mencapai 40 meter,” ujar Muhdar. KM Tilongkabila adalah kapal penumpang besar milik PT Pelni yang rutin menyinggahi Pelabuhan Kendari setiap bulan.
Selain Pelni, Pelabuhan Kendari juga disandari kapal-kapal kontainer. Muhdar mengatakan, setiap bulan terdapat 10-11 kapal kontainer dengan volume bongkar-muat barang mencapai 3.500 kontainer.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sultra Doddy Djalante mengatakan, pembangunan jembatan itu untuk memudahkan mobilitas orang dan jasa di kedua ujung teluk.
Terkait dengan terganggunya Pelabuhan Kendari, Doddy mengatakan, sejak 2009 sebetulnya pemerintah tengah membangun pelabuhan baru di Bungkutoko, di ujung mulut teluk, menghadap langsung ke laut lepas. Pelabuhan itu disiapkan menggantikan fungsi Pelabuhan Kendari, terutama untuk kapal-kapal berukuran besar.
”Apalagi, Teluk Kendari seluas sekitar 28 km persegi sudah mendangkal dan tidak memadai lagi dilalui kapal-kapal besar,” katanya.
Adapun di pelabuhan baru nanti, ia menambahkan, kapal-kapal semua ukuran bisa sandar karena perairannya masih dalam. Nantinya Teluk Kendari hanya diperuntukkan lalu lintas kapal-kapal kecil.