"Bahkan beberapa teman saya ada yang mati di tembak karena melakukan perlawanan," kata Marto.
Masa Jepang berakhir, penderitaan mereka belum berakhir. Proklamasi yang menandakan kemerdekaan Indonesia justru disusul aksi para gerilyawan. Semakin banyak nyawa rakyat yang melayang sia-sia, menjadi korban pembunuhan.
Warga yang dicurigai sebagai mata-mata atau korban fitnah kelompok tertentu ditembak hingga tewas. "Kami tidak boleh mengubur yang sudah mati di tembak, kalau tidak ingin ikut ditembak. Mayat-mayat hanya dihanyutkan ke sungai setelah dibunuh," tuturnya.
Di masa kemerdekaan, Marto sempat menerima santunan dari pemerintah sebesar Rp 700 ribu per bulan. Namun, semangat hidupnya tidak patah ketika tiba-tiba Pemerintah menghentikan santunan tersebut. "Saya lebih menikmati hidup saya yang sekarang, nak. Karena tiap hari anak dan cucu saya datang berkunjung," jawabnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.