Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evakuasi Lewat Laut Bisa Jadi Pilihan

Kompas.com - 27/05/2011, 04:05 WIB

Selain penyusunan peta rawan bencana yang belum tuntas, identifikasi sungai-sungai yang menjadi aliran lahar oleh Balai Wilayah Sungai Maluku Utara juga belum tuntas.

Pejabat Pembuat Komitmen Sungai dan Pantai I, BWSMU Saleh Talib mengatakan, pengkajian baru dilakukan tahun ini sehingga baru tahun depan pembenahan bisa dilakukan.

Padahal, berdasarkan pengamatan Kompas, sejumlah sungai yang pernah dilalui aliran lahar, seperti Sungai Maitilatu di dekat Kampung Loto dan Sungai Tabalolo dekat Kampung Tabalolo, masih tertutup material bekas lahar akibat letusan Gamalama.

Peningkatan kesadaran warga pun patut menjadi perhatian. Pasalnya, pada peristiwa letusan sebelumnya banyak warga menolak mengungsi. ”Setiap kali mau meletus, orang-orang tua di kampung selalu bilang letusan tidak akan berbahaya. Kami sekeluarga tetap di rumah dan bekerja seperti biasa,” kata Jamrud (57), warga yang sehari-hari bekerja memecah bebatuan bekas letusan Gamalama di Sungai Tabalolo.

Hal senada diungkapkan Sampo, warga Loto, yang desanya berjarak sekitar 4 kilometer dari puncak gunung. ”Saat letusan tahun 1980, saya masih bisa panen cengkeh di dekat puncak gunung. Kami baru mengungsi kalau lahar terlihat keluar karena lahar akan lewat sungai di dekat kampung,” katanya.

Komunikasi

Cara menyampaikan pengumuman bahaya pun harus dipikirkan. Tidak bisa sepenuhnya bergantung pada telepon genggam atau pesan singkat. Berkaca pada kejadian tsunami di Jepang, komunikasi melalui telepon genggam atau pesan singkat saat bencana nyaris tak bisa karena terlalu padatnya jaringan.

Maka, kata Hirto, cara komunikasi seperti apa yang akan dikembangkan juga sedang dipikirkan. Penggunaan kembali kentongan yang terbuat dari bambu atau kayu, yang di Ternate dinamakan dolo-dolo, mungkin saja jadi alternatif, selain sirene.

Dolo-dolo memang pernah populer, tetapi sekarang banyak yang tak lagi kenal meski alat itu bisa efektif saat bencana....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com