Kaimana, Kompas -
Selain pesawat Merpati, tiga pesawat lain yang terkendala cuaca buruk adalah dua pesawat dari maskapai Express Air rute Nabire-Kaimana dan Manokwari-Kaimana, rata-rata terlambat sekitar satu jam. Sementara itu, pesawat maskapai Wings Air dari Ambon-Kaimana juga terlambat mendarat.
Kepala Bandara Utarom Gagarin Moniaga mengakui, Sabtu, pesawat Merpati MA-60 tujuan Nabire-Kaimana seharusnya mendarat sekitar pukul 11.00 WIT, tetapi batal akibat cuaca buruk, yakni hujan disertai angin kencang. Pesawat sudah berputar-putar beberapa kali untuk memastikan bisa tidaknya mendarat.
Dengan pertimbangan cuaca buruk, pilot Merpati akhirnya mengambil keputusan tidak mendaratkan pesawatnya dan kembali ke Nabire. Merpati
Hingga sore pesawat Merpati tidak kembali ke Kaimana sehingga penerbangan pun ditunda.
”Sepertinya Merpati ingin menjaga image-nya yang tak mau pesawatnya jatuh lagi akibat cuaca buruk. Itu tampaknya keputusan yang baik,” ujar Gagarin.
Menurut Pujiarto, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Utarom Kaimana, kecepatan angin pada pukul 10.00 hingga 10.30 WIT 8 knot-14 knot, dengan jarak pandang di bandara 4 km-7 km. Kondisi ini hampir sama dengan kondisi saat jatuhnya pesawat Merpati sepekan lalu.
Begitu cuaca mulai baik atau menunggu satu jam kemudian, semua pesawa berangkat lagi. Terbatasnya fasilitas bandara di Bandara Utarom atau hampir kebanyakan bandara di wilayah Papua menyulitkan pendaratan pesawat. Minimnya fasilitas itu seperti tak adanya lampu landasan yang berfungsi memandu pesawat mendarat.
Bupati Kaimana Mathias Mairuma mengakui, kondisi satu-satunya bandara di Kaimana kurang representatif karena banyak fasilitas standar yang belum terpenuhi.
Oleh karena itu, dia meminta agar Kementerian Perhubungan segera melengkapi kelaikan bandara yang ada di Kaimana dan di Papua umumnya.
Bandara Kaimana adalah bandara tua yang butuh peremajaan, mulai dari kualitas landasan hingga peralatan yang memberi kemudahan dan keamanan pendaratan pesawat.
”Untuk siapkan infrastruktur bandara, keuangan pemda tidak cukup, jadi kami butuh bantuan Kementerian Perhubungan,” ujar Mathias.
Tuntutan perbaikan bandara dan kelaikan pesawat yang melayani rute penerbangan di Papua diharapkan oleh warga Papua.
Lukas Agustinus Surbay, anggota Majelis Rakyat Papua, mengatakan, pesawat yang terbang di Papua haruslah yang memenuhi syarat dan bukan pesawat di bawah standar. Sebab, cuaca mudah berubah, bahkan ekstrem, dan kondisi alam di Papua merupakan pegunungan. (tht)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.