Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

21 Hari, Hidup Maryanah seperti Robot...

Kompas.com - 14/05/2011, 20:33 WIB

PURWAKARTA, KOMPAS.com — Maryanah (44), warga Desa Mulyamekar, Kecamatan Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (12/5/2011), berhasil melarikan diri setelah hampir satu bulan "terjebak" di lokasi penculikan. Dia diduga diculik oleh sekelompok orang dengan modus hipnotis saat berbelanja pada 14 April lalu.

Seperti rutinitas sebelumnya, Kamis (14/4/2011) pagi, Maryanah pergi ke Pasar Rebo Purwakarta, sekitar 8 kilometer dari rumah, untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Semua berjalan normal selama proses tawar-menawar hingga seluruh kebutuhan terbeli.

"Dia mendadak tak sadar saat seorang mengaku bernama Aisah menepuk pundak dan mengajaknya ke suatu tempat, yang katanya untuk menghilangkan pusing dan mengejar dunia akhirat," kata Tarsono (54), suami Maryanah, menirukan cerita istrinya.

Maryanah mengikuti ajakan itu. Namun, dia meminta izin ke Aisah untuk pulang dulu mengambil baju. Maryanah pun kembali ke rumah dengan naik angkutan umum. Dalam kondisi tak sadar, dia mengemasi beberapa pakaian ke dalam tas.

"Tidak ada orang di rumah saat istri saya pulang dari pasar. Dia juga kaget saat Aisah tiba-tiba muncul di pintu samping rumah. Rupanya, Aisah membuntuti angkutan umum dan berjalan di belakang istri saya sampai ke rumah," tambah Tarsono.

Maryanah pun "diangkut" oleh Aisah dengan mobil, masih dalam kondisi tak sadar. Dalam perjalanan, beberapa penumpang lain masuk ke dalam mobil tersebut.

Berangkat dari Purwakarta pada Kamis siang, Maryanah dan beberapa korban tiba di lokasi tujuan pada Kamis malam. Jam menunjukkan sekitar pukul 22.00. Maryanah tak bisa mengidentifikasi lokasi tersebut. Tetapi, dia ingat lokasi itu berada di daerah pegunungan berhawa sejuk. Kondisi jalannya berkelok, naik-turun menerobos kebun bambu dengan aliran sungai yang jernih, dan sebuah bangunan besar seperti pendapa yang belum selesai dibangun.

Seperti ratusan orang lain di sana, Maryanah diminta mengikuti pengajian. Ada sebuah mimbar besar dengan penceramah yang sering disebut pemimpin kelompok. Mereka tidur di bangunan mirip barak dengan alas tidur kasur tipis yang ditata memanjang.

Berbantal tas berisi pakaian dan tanpa selimut atau jaket, Maryanah tidur di situ. Bersama beberapa orang, Maryanah juga mendapat giliran memasak untuk ratusan orang lain di lokasi itu. Semua logistik, seperti beras, sayur, dan bumbu, sudah tersedia.

"Untuk urusan makan, tidak pernah ada masalah, semua tercukupi," ujar Maryanah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com