Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

21 Hari, Hidup Maryanah seperti Robot...

Kompas.com - 14/05/2011, 20:33 WIB

Dia juga mendapat giliran untuk menarik dana dari donatur. Bersama beberapa orang dalam satu mobil yang seluruh jendela di samping kanan, kiri, dan belakangnya tertutup, dia keluar "markas" untuk mendatangi rumah-rumah donatur. Pengurus dan donatur itu seolah saling mengenal. Mereka bercakap singkat, mengambil uang, dan masuk ke mobil lagi menuju ke donatur lain.

Kontak

Sejak hari pertama tak kembali ke rumah, telepon seluler Maryanah tak dapat dihubungi. Dia juga tak mengirim pesan atau menelepon ke rumah. Keluarga Tarsono kalang kabut mencari Maryanah. Tetangga, saudara, teman, dan kenalan ditanyai, tetapi tak satu pun mengetahui keberadaan Maryanah.

"Senin (9/5/2011) pagi, ada panggilan dari nomor tak dikenal ke HP saya, rupanya itu dari istri saya. Dia gugup, ketakutan luar biasa, dan bingung kenapa bisa ada di lokasi itu. Dia juga tak mengenal daerah itu. Percakapan hanya singkat karena tiba-tiba dia memutus telepon dan setelah itu tak bisa dihubungi lagi," kata Tarsono.

Sehari kemudian, Maryanah kembali mengontak suaminya. Sama seperti sebelumnya, percakapan keduanya tidak lama. Tarsono pun berusaha mengidentifikasi lokasi dengan meminta informasi dari pandangan mata Maryanah.

"Saya tanya apa yang kamu lihat, adakah papan nama atau petunjuk lokasi, sampai apa pelat nomor kendaraan-kendaraan di situ," ungkapnya.

Tarsono meyakini istrinya sedang diculik di sebuah lokasi di wilayah Priangan Timur, Kamis pagi, saat istrinya kembali mengontak. Dia mengabarkan telah melihat beberapa kendaraan bak terbuka mengangkut sayur dengan pelat nomor Z. Tarsono pun bergegas melapor ke Kepolisian Resor Purwakarta.

"Saya tak pernah menduga istri saya diculik. Tetapi, sejak ada telepon itu, saya yakin dia diculik dan kemudian melapor polisi," kata Tarsono.

Berhasil kabur

Maryanah mengaku tersadar telah meninggalkan rumah dan berada dalam pengaruh orang-orang di kelompok itu sejak memasuki minggu keempat. Kerinduan pada anak, Arif (13) dan Andi (8), menggerakkan kesadarannya hingga kemudian bersiasat untuk melarikan diri.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com