Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asep, Fondasi Perikanan Darat

Kompas.com - 27/04/2011, 11:39 WIB

Terbukti memang, dua petak kolam ikan miliknya bisa menghasilkan tiga kali lipat dari dua petak sawah dalam setahun. Dengan hasil 75 gelas tiap kolam, dia bisa menjualnya Rp 2.500 per gelas. Benih ikan juga bisa dipanen lebih cepat atau setiap 20 hari.

Dalam setahun, upayanya langsung membuahkan hasil. Petak-petak sawah yang ada di sekitar rumahnya langsung berubah menjadi kolam ikan. Asep kian agresif menekuni usaha pembenihan ikan mas miliknya. Seluruh sawah milik mertuanya seluas 3.000 tumbak atau sekitar 4 hektar dijadikan kolam ikan, dia juga menyewa kolam di tiga kecamatan yaitu Majalaya, Ciparay, dan Pacet.

Dia tidak segan meminjamkan kolamnya begitu saja kepada setiap petani yang masih ragu-ragu tanpa harus membayar apa pun. Begitu merasakan sendiri hasilnya, sang petani pun beralih menjadi pembenih ikan.

Meroketnya usaha pembenihan ikan juga didukung usaha pendederan ikan yang ada di wilayah Bojongsoang. Benih dari Ciparay dimasukkan di sana untuk proses pendederan selama dua minggu dan kemudian dibesarkan di Waduk Saguling, Cirata, maupun Jatiluhur hingga menjadi ikan yang siap dikonsumsi. Dari proses itulah muncul istilah “Segi Tiga Emas Perikanan Darat”.

Permintaan akan benih ikan yang tinggi membuat Asep dikejar-kejar para pemilik kolam di Bojongsoang. Telepon maupun tamu yang datang tanpa henti mencarinya bahkan sempat membuatnya harus bersembunyi. ”Pada saat itu, bisa dikatakan saya dikejar-kejar uang,” kenang Asep.

Kembali merayap

Krisis moneter yang terjadi tahun 1998 merobohkan kisah manis yang sedang dikecap Asep. Produksi ikan yang morat marit dengan harga jual melorot di segala lini, baik pembenihan, pendederan, maupun pembesaran. Asep juga terpaksa menghentikan usahanya selama dua tahun sambil menunggu kondisi membaik.

”Menjual motor maupun modal kerja yang lain bukanlah cerita yang aneh,” kenangnya.

Tahun 2000, Asep kembali merintis usaha pembenihan dengan kondisi yang tidak lagi ramah. Beberapa masalah harus dihadapi seperti harga jual benih yang melorot, harga indukan yang kian melonjak, serta daya serap peternak ikan yang tidak setinggi sebelumnya.

Daerah pendederan ikan, Bojongsoang, juga kian tergerus dengan perumahan begitu pula jaring apung di Waduk Saguling yang melorot akibat penurunan kualitas air. Nama Ciparay sebagai penghasil benih ikan juga tercoreng akibat sebagian pembenih yang memilih jalan pintas menjual benih berkualitas rendah.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com