Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mina Padi Mengangkat Petani Kab. Bandung

Kompas.com - 25/04/2011, 13:05 WIB

Mutualisme

Bagi Mpep, skema kerja sama dalam mina padi itu sama-sama menguntungkan. Petani mendapatkan keuntungan tambahan tanpa harus melakukan sesuatu yang diluar kemampuannya karena memasukkan benih ikan hingga membawanya kembali ke bandar dilakukan oleh pegawai Mpep. Bagi bandar, dia bisa mendapatkan pasokan tetap ikan dengan jalan kerja sama dengan petani untuk dijual kepada pembesar ikan yang ada di waduk maupun kolam di daerah lain.

Para bandar ikan turut mereguk keuntungan karena tidak perlu memiliki kolam tersendiri untuk membesarkan dari benih ikan menjadi ikan berukuran 5 sentimeter. Mereka tinggal membeli dari petani mina padi dikurangi benih yang mereka keluarkan sebelumnya. Dari kolam tersebut, ikan dijual ke tempat pembesaran ikan dengan harga Rp 23.000 per kg. Dengan jumlah yang sama dengan ikan milik Eep misalnya, sang bandar bisa mendapatkan Rp 575.000 bila dijual ke pembesaran ikan.

Mpep mengungkapkan, dia bekerja sama dengan 100 petani yang tersebar di daerah Pacet, Majalaya, dan Ciparay, untuk melaksanakan mina padi. Setiap hari saja terdapat 150 kg ikan yang keluar masuk kolamnya, berarti uang Rp 3,5 juta yang sudah pasti dipegang. Sebagai bandar, dia hanya memiliki enam kolam penampungan berkapasitas 600 kg sebagai persinggahan dari petani untuk dikirim ke pembesar.

”Mina padi semakin banyak peminatnya, bila tahun 2004 saya hanya bisa menyebarkan 100 gelas benih ikan dalam sebulan untuk mina padi, tahun lalu sudah bisa mencapai 3.000 gelas dalam waktu yang sama,” katanya.

Mina padi juga membuat para pembenih ikan tersenyum lebar. Misalnya Asep Sukarsa di Ciparay, setiap bulan bisa menyuplai 2.000 gelas bagi Mpep. Semula, penyerapan benih ikan sedikit terganggu sejak kawasan pendederan ikan di Bojongsoang mulai beralih fungsi menjadi perumahan. Dengan mina padi, keadaan bisa lebih baik baginya.

Pertanian Terpadu

Dari sudut pandang Pemerintahan Kabupaten Bandung, mina padi adalah upaya meningkatkan kesejahteraan petani dengan memberikan nilai tambah. Pasalnya, 40 persen dari penduduk Kabupaten Bandung sebanyak 3 juta menggantungkan hidup dari pertanian. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung menyebut 8.000 hektar lahan pertanian sudah memanfaatkan mina padi.

Baru seumur jagung menjabat sebagai Bupati Bandung, Dadang Naser berniat untuk menjadikan mina padi sebagai salah satu cara menyejahterakan masyarakat di daerah yang kualitas airnya masih terjaga. ”Mina padi adalah salah satu alternatif untuk menggantikan Bojongsoang yang beralih fungsi. Dengan demikian produksi ikan air tawar Kabupaten Bandung bisa terjaga,” ujarnya.

Untuk program mina padi, Pemkab Bandung menganggarkan Rp 100 juta dari APBD Kabupaten Bandung dan Rp 1 miliar dari APBN, hampir semuanya dipergunakan untuk pengadaan benih ikan maupun peningkatan kualitas benih melalui balai benih ikan. Dadang berjanji untuk mengusahakan dana tambahan untuk mina padi melalui APBD perubahan serta alokasi dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).

Asep Sukarsa yang menjadi pembenih sejak tahun 1991 menuturkan bahwa lebih baik pemerintah memfokuskan bantuannya kepada para bandar. Pasalnya, bandar menjadi muara dari pembenih, petani mina padi, serta pembesaran ikan. Bila bandar didukung dengan permodalan kuat, dia bisa lebih efektif dalam menyediakan bantuan kepada petani dalam bentuk pinjaman lunak, serapan benih ikan lebih tinggi, dan memiliki daya tawar untuk menjual ikan ke pemilik kolam pembesaran.

”Sudah bukan jamannya lagi bandar dan petani bermusuhan. Yang ada, sekarang semua saling bekerja sama,” kata Asep. (Didit Putra Erlangga Rahardjo/Mukhammad Kurniawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com