Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, "Cuci Otak" Berujung Pemerasan

Kompas.com - 19/04/2011, 23:45 WIB

MALANG, KOMPAS.com — Perekrutan aktivis Negara Islam Indonesia dengan cara "cuci otak" terhadap para mahasiswa pada akhirnya disertai pemerasan terhadap orangtua korban.

"Polisi dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta para rektor di Malang hendaknya bergerak dan waspada," kata Ketua Majelis Pembina Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Ketua Majelis Pembina Cabang PMII) Bagyo Prasasti Prasetyo di Malang, Selasa (19/4/2011).

Bagyo mendapat informasi itu dari keluarga dua mahasiswa perguruan tinggi di Malang yang hilang kontak sejak sebulan terakhir dengan dugaan mengalami pembaiatan, atau sejenis pengesahan, untuk jadi anggota NII.

Apakah benar seserius itu atau hanya aksi penipuan pidana belaka, hal tersebut belum dapat dipastikan.

Bagyo pun sekadar menerima keluhan para orangtua dan keluarga mahasiswa yang hilang kontak dan sudah melapor ke polisi itu. "Para mahasiswa ini disebutkan mengalami proses radikalisasi oleh teman mentor saat penerimaan mahasiswa baru di awal perkuliahan," kisah Bagyo.

Melalui obrolan di tempat-tempat gaul, mereka diajak masuk NII dan menjadi Islam kaffah, atau Islam yang total, dan dijanjikan 100 persen menuju surga. Untuk itu, mereka harus mengikuti pembaiatan di Jakarta. "Ujung-ujungnya, acara baiat itu perlu memberi uang. Besarnya untuk baiat saja Rp 2,5 juta," ungkap Bagyo.

Namun itu baru awal. Operasi berikutnya dilakukan setelah baiat. Para mahasiswa akan dipaksa menipu orangtuanya agar memberi uang Rp 12 juta-Rp 30 juta untuk menyumbang ke NII.

"Pada saat inilah muncul Desi, yang akan berpura-pura sebagai mahasiswa teman yang laptopnya telah dihilangkan oleh korban. Desi akan menelepon orangtua, dengan akting menangis, dan minta laptop diganti dengan uang Rp 20 juta-Rp 25 juta, tergantung hasil negosiasi," katanya.

Perempuan yang mengaku bernama Desi itu mengaku pula sebagai mahasiswi Universitas Brawijaya, Malang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com