Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejuang Songket dari Padang

Kompas.com - 21/03/2011, 02:39 WIB

”Sekarang saya ingin melanjutkan lagi ke jenjang S-3,” kata Zulkifli yang menolak diambil foto dirinya.

Ia menekankan, salah satu sifat yang juga mesti dimiliki wirausaha—selain kesabaran dan daya tahan tinggi—adalah keinginan untuk terus belajar. Di samping itu, mesti jelas tujuan dan fokusnya.

”Seperti naik taksi, kalau tidak ada tujuan, mana mau sopir taksi membawa kita, kan?” katanya.

Skala bisnis keduanya makin membesar dengan merambah bisnis penganan khas Minangkabau. Sistem bagi hasil yang adil diupayakan pasangan pengusaha ini dengan terlebih dulu membeli semua produk yang ada.

Seleksi pasar yang kemudian menentukan produk mana yang layak diteruskan untuk dijual dan produk mana yang harus menyingkir. Namun, untuk produk yang belum layak, mereka tetap berkenan memberikan masukan agar menjadi lebih baik.

”Dulu, awalnya toko saya hanya berukuran 4 meter x 8 meter (32 meter persegi), sekarang menjadi 250 meter persegi,” tutur Zulkifli.

Tahun 2000, mereka membuka sebuah tempat usaha baru di kawasan Sei Beremas, Kota Padang. Sejumlah karyawan Pertamina yang kerap mampir di toko barunya itu lantas menawari mereka program binaan kewirausahaan.

Kini, mereka mengelola 3 tempat usaha di Kota Padang, 2 tempat usaha di Nagari Pandai Sikek, dan 1 tempat usaha di Kota Bukittinggi. Kejelian memanfaatkan peluang pasar dan menunda kesenangan adalah modal mereka berdua untuk bertahan dalam masa-masa sulit.

Saat industri pariwisata Sumbar dihajar gempa bumi pada 30 September 2009, misalnya, omzet bulanan pada salah satu toko mereka di Kota Padang menurun drastis, dari sekitar Rp 300 juta menjadi hanya sekitar Rp 150 juta per bulan.

”Banyak pedagang yang mengeluh pendapatannya sekarang turun. Bagi kami, itu biasa saja dalam bisnis karena ada pasang surutnya,” ujar Zulkifli.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com