GORONTALO, KOMPAS.com - Penghasilan penyiar radio di Gorontalo masih sangat minim sehingga sulit diharapkan jadi sumber ekonomi keluarga.
Penyiar senior Gorontalo, Muhammad Arif Yudha, Kamis (24/2/2011) mengatakan, pada umumnya stasiun radio di wilayah itu, memberlakukan honor perjam dan penyiar juga kurang bisa bekerja dengan baik.
"Ada penyiar yang masih bersedia dibayar Rp 2.500 rupiah perjam, tak peduli saat membawakan acara utama atau bukan," kata pria yang telah menggeluti dunia penyiaran radio selama 23 tahun itu.
Dibanding provinsi lain, seperti Sulawesi Selatan atau Sulawesi Utara, upah penyiar radio di Gorontalo terbilang paling rendah. Minimnya upah ini tidak lepas dari penghasilan iklan radio di Gorontalo, yang juga tidak begitu besar.
Namun menurutnya hal itu, juga menimbulkan masalah lain di dunia penyiaran, yakni memicu ketidak profesionalan penyiar radio itu sendiri.
"Perekrutan penyiar radio di Gorontalo asal-asalan, tanpa seleksi ketat, rata-rata menyiar mereka juga tidak bertahan lama, karena dianggap hanya sekedar hobi, atau sampingan saja," katanya.
Hal ini juga menyebabkan penyiar radio di wilayah itu, belum bisa dipandang sebagai profesi oleh masyarakat sebagaimana bidang pekerjaan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.