Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Normalisasi Kali Lamong Ditunggu

Kompas.com - 18/02/2011, 04:13 WIB

Meski berkali-kali terjadi banjir, upaya penanganan serius tampaknya belum terlihat, kecuali upaya darurat. Itu pun inisiatif warga lebih menonjol dengan bergotong royong menutup tanggul jebol sepanjang 7 meter di Desa Cermenlerek, Kecamatan Kedamean; 5 meter di Desa Gluranpolso, Kecamatan Benjeng; dan 5 meter di Desa Jono, Kecamatan Cerme.

Mereka menutup tanggul dengan sesek (anyaman bambu), bongkotan (tunggul atau batang pohon bagian bawah), bambu, dan glangsing (karung plastik) yang diisi tanah.

Menurut Tugas, skenario mengatasi banjir Kali Lamong bisa dengan pengerukan, penanggulan, dan pembuatan embung, serta memfungsikan kembali waduk di sekitar Kali Lamong. Tahun ini ada rencana pengerukan Kali Lamong.

Tugas menjelaskan, pascabanjir 2004, di Morowudi dilakukan penanggulan. Tahun berikutnya banjir bergeser ke Ngering dan Sukorejo di Kecamatan Cerme. Setelah dilakukan penanggulan di wilayah itu, tahun 2006 giliran Munggugianti dan Benjeng tergenang. Tanggul di Cermenlerek yang jebol, dan pada 2005 ditutup, ternyata awal Februari jebolan bergeser.

Agar tepat, penanganan Kali Lamong perlu dilakukan secara terpadu dengan koordinasi lintas wilayah dan sektoral, termasuk melibatkan jasa tirta dan industri di sekitar Kali Lamong.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo Graita Soetadi menjelaskan, solusi praktis adalah normalisasi, tetapi masyarakat harus merelakan lahannya untuk pelebaran alur sungai.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo Pudjo Buntoro menambahkan, pengelolaan Kali Lamong masuk Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Balai akan menormalisasi sungai pada daerah kritis penyebab meluapnya Kali Lamong.

Bagi masyarakat, solusi apa yang akan dipilih silakan saja. Yang penting, banjir setiap tahun tak lagi terjadi.

(ADI SUCIPTO KISSWARA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com