Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Palembang, Berbenahlah sejak Sekarang

Kompas.com - 22/12/2010, 10:32 WIB

Mulai macet

Apa yang terjadi di Kota Rouen itu sebetulnya layak ditiru Palembang. Kota ini pun hari demi hari semakin dipadati manusia. Mereka datang dari wilayah penyangga, daerah lain di dalam Sumatera Selatan, bahkan dari daerah lain di luar Sumsel. Kaum migran tersebut menekuni berbagai profesi, seperti buruh, pedagang kaki lima, karyawan swasta, dan mahasiswa.

Akibatnya, suasana di Kota Palembang yang berpenduduk 1,6 juta jiwa tersebut makin padat. Kepadatan itu tidak semata pada permukiman, tetapi juga di jalan raya. Arus lalu lintas mulai timbul kemacetan di berbagai titik.

Hingga awal Desember 2010, misalnya, setidaknya terdapat 10 titik kemacetan parah di Kota Palembang. Itu tersebar, antara lain, di Simpang Patal, Simpang Plaju-Jakabaring, Simpang Tiga Demang Lebar Daun, kawasan Radial, Simpang 26 Ilir, Simpang Rajawali, Jalan Bangau, Simpang RS Charitas, dan Bundaran Air Mancur.

Kemacetan itu terjadi karena ada ketimpangan antara pertumbuhan kendaraan bermotor dan pembangunan jalan raya. Volume kendaraan meningkat 20 persen per tahun. Sebaliknya, ruas jalan yang ditambah lebih kurang 5 persen per tahun. Bahkan, ketimpangan tersebut bakal terus melebar setiap tahun sebab permintaan kendaraan bermotor cenderung bertambah, sedangkan penyediaan ruas jalan baru berpeluang sangat minim sebab ruang yang makin sempit.

Pengalaman di berbagai kota lain di dunia, termasuk juga di Indonesia, selalu menunjukkan fakta seperti itu. Palembang pun secara perlahan tetapi pasti mulai bergerak menuju kondisi kota yang padat dan macet. Bukan tidak mungkin pada 10 atau 15 tahun mendatang, kemacetan bakal lebih parah dan semakin sulit terurai, seperti yang sedang menimpa Jakarta.

Sejumlah gagasan mulai digulirkan sebagai antisipasi terhadap kemungkinan buruk tersebut. Dinas Perhubungan Kota Palembang, misalnya, sedang mempertimbangkan pemberlakuan sistem pelat nomor ganjil-genap, seperti yang diterapkan di Singapura, yang disebut-sebut dapat menekan kemacetan.

"Sistem pelat ganjil-genap maksudnya, kendaraan berpelat ganjil dioperasikan bergantian dengan pelat genap. Jedanya satu hari," kata Kepala Bidang Transportasi Darat dan Kereta Api Dinas Perhubungan Kota Palembang Agus Supriyanto.

Siapkan kereta api

Akan tetapi, penanganan kemacetan lalu lintas di kota besar hanya bisa efektif jika didukung oleh pengoperasian transportasi massal, terutama kereta api. Angkutan massal itu harus didesain khusus, bersih, memiliki jaringan yang terhubungkan dengan berbagai lokasi strategis, seperti perkantoran, dan pusat perbelanjaan, serta memiliki jadwal perjalanan yang pasti. Kelebihan itu dapat menarik pengguna kendaraan pribadi menjadikan kereta api kota sebagai pilihan utama untuk perjalanan ke kantor atau tempat lainnya di dalam kota.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com