Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Bangun Lumbung Pangan

Kompas.com - 16/11/2010, 04:56 WIB

”Kalau di pengungsian, saya tidak punya aktivitas. Hanya makan dan tidur. Saya lebih senang bekerja di sawah,” kata Mujiono, warga Dusun Dongkelsari, Desa Wukirsari, Cangkringan.

Gunung Kelud

Kondisi pascaletusan Gunung Kelud, Februari 1990, yang mengambil korban sedikitnya 34 jiwa mirip seperti yang terjadi saat ini di Gunung Merapi.

Ribuan rumah warga di lereng Kelud, baik di wilayah Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, maupun Kabupaten Malang, tertimbun abu vulkanik. Sebagian di antaranya rusak, bahkan roboh.

Mantan Kepala Desa Sempu, Kecamatan Ngancar, Jumali mengatakan, pascaletusan Kelud, pemerintah menawarkan transmigrasi ke Kalimantan, Sumatera dan Papua bagi warga desanya yang berjarak 10 km dari Kelud.

Namun, tawaran transmigrasi ditolak masyarakat. Mereka memilih membangun desanya. Begitu diizinkan kembali ke rumah, masyarakat langsung bekerja. Mereka membenahi rumah, menggarap ladang dengan cara membabati tanaman yang mati dan menyingkirkannya.

Ketebalan abu vulkanik di ladang mencapai setengah meter. Masyarakat langsung membuat larikan di ladang sampai menyentuh tanah lama. Petani menanam nanas, jagung, pepaya, serta tanaman perkebunan seperti kopi, cengkeh, dan tanaman keras pada larikan tanah.

Setelah enam bulan, mereka menuai hasilnya. Ternyata, produktivitas tanaman meningkat 100 persen. Jagung yang sebelumnya hanya 5-6 ton per hektar, bisa mencapai 10 ton per hektar. Buah nanas pun rasanya menjadi lebih manis.

Menurut Suparjo, tokoh masyarakat Desa Candi Sewu, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, saat itu tidak ada program kerja padat karya ataupun program pinjaman modal usaha.

”Selama menunggu hasil panen, masyarakat bekerja serabutan. Ada yang cari kayu di hutan, ada yang bekerja di perkebunan,” katanya. Berkat ketekunan mereka, warga Kelud meraih hidupnya kembali.(HEN/WHO/ILO/ART/THT/IRE/NIK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com