BOYOLALI, KOMPAS -
Dari seluruh harga sapi yang ditetapkan pemerintah, hanya harga anak sapi Rp 5 juta per ekor dan harga sapi perah laktasi Rp 10 juta per ekor yang sesuai harga pasaran. Padahal, mayoritas pengungsi memiliki sapi jantan atau sapi potong.
Wardi (40), pengungsi dari Dusun Gebyok, Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (15/11), mengatakan, harga ganti sapi jantan yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 22.000 per kilogram berat hidup tak sebanding dengan harga jual saat ini.
Di pasaran, kata dia, harga sapi jantan berbobot sekitar 2 kuintal sebesar Rp 7 juta-Rp 8 juta per ekor. Sesuai patokan harga pemerintah, sapi itu hanya seharga Rp 4,4 juta per ekor.
Menurut Suladi (32), pengungsi dari Dusun Kuncen, Desa Samiran, Kecamatan Selo, sapi betina dara yang dihargai Rp 20.000 per kilogram berat hidup dan sapi bunting dengan Rp 10 juta per ekor juga masih di bawah harga pasaran.
”Setidaknya untuk sapi betina dara dengan bobot 2 kuintal itu bisa laku Rp 6 juta-Rp 7 juta per ekor, sedangkan untuk sapi bunting bisa laku Rp 12 juta,” ujar Suladi.
Karena itu, Wardi dan Suladi mengaku memilih tetap memelihara ternak. Mereka berharap pemerintah memberikan bantuan pakan ternak karena warga kesulitan membelikan pakan bagi sapi piaraannya.
”Untuk membeli pakan ternak dan air bersih bagi sapi satu ekor saja bisa Rp 30.000 per hari,” kata Suladi yang mulai kehabisan uang untuk membeli pakan ternak dan memenuhi kebutuhan hidup lainnya selain pangan.
Bupati Boyolali Seno Samodro mengatakan, jumlah ternak sapi di daerah rawan bencana Merapi di Kecamatan Selo, Cepogo, dan Kemusuk, Kabupaten Boyolali, sekitar 60.000 ekor. ”Jika satu sapi diganti Rp 10 juta, maka sudah habis Rp 600 miliar,” kata Seno yang mengaku masih menunggu petunjuk teknis pembelian sapi dari pemerintah pusat.