Ny Siswanto, warga Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, mengatakan, kerusakan parah yang ditimbulkan erupsi Gunung Merapi memupus harapannya akan panen tanaman salak miliknya.
”Jika aktivitas Gunung Merapi sudah normal, untuk sementara waktu, saya akan kembali bertani dengan menanam tanaman singkong dan kimpul,” ujarnya, Rabu (10/11).
Oleh karena mengalami kerusakan yang cukup parah, seluruh tanaman salak harus dibongkar. Jika ingin tetap bertani salak lagi, Ny Siswanto harus mengganti seluruh tanamannya dengan bibit tanaman baru.
Luas tanaman salak Ny Siswanto mencapai 2.000 meter persegi. Saat kondisi normal, dia dapat memanen salak setiap dua minggu sekali dengan volume panen 75-80 kilogram (kg). Harga salak jika dijual di pasar lokal berkisar Rp 3.000- 5.000 per kg.
Kesedihan serupa juga menggayuti pikiran Marwoto, petani salak lainnya. Erupsi Merapi membuat mimpinya mendapatkan untung dari mengekspor salak, kandas seketika.
”Sekarang ini, dengan kondisi Gunung Merapi yang masih membahayakan, dan tanaman salak yang rusak, tumpang tindih tak keruan, buah salak siap panen pun akhirnya dibiarkan membusuk di lahan,” ujarnya.
Sebelum erupsi Merapi, Marwoto baru saja menjual salak kepada pedagang perantara, untuk diekspor seharga Rp 10.000 per kg. Jika dijual untuk ekspor, harga salak di tingkat petani dapat mencapai Rp 15.000 per kg.
Surajiman (55), warga lainnya, juga kehilangan 50 tanaman salak miliknya. Padahal biasanya, ia bisa mendapatkan sekitar 35 kg panen salak tiap pekan. Dengan harga Rp 2.500 per kg seharusnya ia bisa mendapatkan Rp 87.500 per pekan.
Menurut Surajiman, saat ini semua petani salak di wilayahnya kehilangan sumber penghasilan. Untuk memperbaikinya, membutuhkan waktu sedikitnya empat bulan. ”Selama itu, kami harus makan apa?” tuturnya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Magelang Wijayanti mengatakan, luas tanaman salak di Magelang sekitar 2.000 hektar. Satu hektar lahan bisa ditanami 2.500 rumpun salak, yang tiap rumpun terdiri dari 2-3 pohon. Produktivitas tanaman salak mencapai 30 ton per hektar per tahun. Kerugian petani salak diperkirakan sekitar Rp 84 miliar.