Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oinan Atunaik Empaskan Niram ke Pohon

Kompas.com - 01/11/2010, 07:06 WIB

"Air laut itu berputar-putar cukup lama, sekitar hampir satu jam," katanya dengan mata terpaku menatap tempat tidur lipat di gereja itu.       

Tak lama setelah air laut surut, tutur pria berambut lurus itu, ia diselamatkan oleh sejumlah warga yang datang dari perbukitan. Meskipun telah mendapatkan pertolongan warga, tetapi tetap saja selama dua hari dua malam Niram dan istrinya harus menahan rasa sakit yang luar biasa pada kaki dan dada.

Pada Rabu, tim SAR datang menjemputnya sekitar pukul 15.00 WIB, dievakuasi ke Puskesmas Sikakap untuk mendapat perawatan.

Niram tidak pernah menyangka bencana itu akan datang menghancurkan kehidupan di kampungnya yang telah dilaluinya selama 26 tahun di daerah itu.

Peristiwa naas itu membuat Niram sulit melupakan sepanjang hidupnya. Kini dia hanya berharap ada kehidupan yang lebih baik setelah bencana itu.

"Kami hanya menjalankan kehidupan ini dengan sesederhananya, tanpa harapan berlebihan. Kami hanya mengharapkan ketenteraman dan kedamaian di tanah nenek moyang kami ini," harapnya, sambil berlinangan air mata.

Menurut Niram, daerahnya saat ini memang tidak layak lagi untuk ditempati. Berjuta kenangan telah ia pendam dalam hati seiring dengan terkuburnya sanak saudara dan handai tolan pada perkuburan masal di Dusun Munte, Desa Betumonga, itu.

"Kami masih menunggu keputusan bersama antara warga yang masih selamat dan kepala dusun, apakah kami akan pindah ke daerah yang lebih aman, atau bergeser tempat tinggal ke arah perbukitan," katanya sambil meringis menahan ngilu di kaki kirinya yang tak bisa digerakkan itu.

Niram merasa lebih baik pindah ke tempat lain yang memang aman dari bancana tsunami. "Jika melihat kondisi sekarang, saya lebih memilih untuk pindah ke tempat yang lebih aman," katanya.  (Rudrik Syaputran)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com