Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Oinan Atunaik Empaskan Niram ke Pohon

Kompas.com - 01/11/2010, 07:06 WIB

Anak semata wayangnya tidur bersama neneknya, di rumah lain. "Jarak rumah saya dari rumah ibu saya sekitar 400 meter, dan rumah saya dari bibir pantai jaraknya sekitar 100 meter," kata Niram.   

Ia menuturkan, saat gempa, bangunan rumahnya yang terbuat dari material kayu hanya bergoyang sedikit. "Kami merasakan gempa tidak terlalu kuat, maka tak membayangkan atau berpikiran macam-macam, apalagi akan datang tsunami," katanya.

Desa Muntei Baru-baru tidak dialiri listrik kecuali beberapa rumah yang menggunakan genset, dan Niram menggunakan lampu minyak di rumahnya.

Suasana gelap itu makin membuat kepanikan warga ketika terdengar suara tetangganya berteriak memberi tahu warga lainnya bahwa air laut naik. "Oinan atunaik... Oinan atunaik!" demikian suara lantang dari bagian atas rumah Niram. Bahasa Mentawai itu berarti, "Air naik... air naik...!"

Belum usai teriakan itu, Niram merasakan kembali guncangan gempa yang lebih besar daripada sebelumnya, disertai gelombang laut yang langsung menyeret Niram dan istrinya sebelum mereka mencoba melarikan diri.

Dalam suasana gelap dan mencekam itu, air laut menghancurkan rumah-rumah penduduk di Dusun Muntei itu. Empasan gelombang setinggi pohon kelapa itu menyeretnya ke rumah warga hingga ke kaki bukit.

Bersamaan dengan rumah-rumah itu, Niram ikut terseret sehingga tersangkut di pohon durian, sedangkan istrinya terpisah sekitar 20 meter dan masih selamat.

Niram sedikit lega saat warga memberi tahu bahwa istrinya selamat, meskipun sempat dipisahkan gulungan gelombang tsunami itu.

Namun, hatinya kembali pilu dan hancur saat jasad anaknya ditemukan warga di balik puing-puing material bangunan rumah dan pohon tumbang,  keesokan harinya, sedangkan jasad ibunya belum  ditemukan.

Kejadian yang sulit dilupakan itu berlangsung cukup lama olehnya. Gulungan gelombang laut yang menyapu darat itu surut setelah berputar-putar selama lebih dari setengah jam, lalu menyeret material rumah yang telah hancur dan pepohonan yang tercabut dari akarnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com