Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kakek Tua Ingin Obrak-abrik Keraton

Kompas.com - 29/10/2010, 20:20 WIB

Di tengah hawa panas, semakin tipisnya oksigen, dan bau belerang menyengat, keluarga Ponimin masih sempat menghubungi sejumlah orang, di antaranya Presiden SBY dan Bupati Sleman Sri Purnomo, melalui handphone, untuk minta pertolongan.

Apa yang dialami Ponimin dan Hayati ketika berada di luar rumah?

"Saya didatangai orang tua, entah dari mana datangnya. Ia bilang akan mengobrak-abrik Keraton. Istri saya menjawab agar keinginan itu diurungkan. Orang tua tersebut kemudian pergi," kata Ponimin.

Pagi harinya, Ponimin mengaku didatangi orang yang sama. Saat itu pria misterius tersebut menyampaikan pesan aneh.

"Aku arep ngguwang wuwuh ngidul wetan. Kowe ndang lungo (Saya akan membuang sampah ke tenggara. Kamu cepat pergi)," ujar orang tua itu.

Lilik meyakini, orang misterius itu utusan penguasa Gunung Merapi. "Dari sudut pandang orang biasa, Merapi hanya sebuah gunung. Namun, dari sudut pandang spiritual, Merapi itu sebuah keraton," ujar Lilik.

Ia juga percaya saat ini "Keraton Merapi" tengah melakukan renovasi. "Kalau kita melakukan renovasi bangunan, biasanya ada sampah material yang perlu dibuang. Ya itulah debu dan pasir panas yang disemburkan Merapi," katanya.

Keyakinan Lilik tersebut seolah memberi penjelasan mengenai pesan orang tua misterius yang disampaikan kepada Ponimin. Lilik mengaku punya firasat berbeda mengenai akan adanya amukan Merapi.

"Selasa pagi, saya merasa suasananya mirip ketika ada orang yang meninggal dunia," katanya.

Selain itu, Lilik percaya, keluarganya bisa selamat dari kepungan awan panas berkat doa kedua orangtua dan keunikan adiknya, Ilham Galih Habibi.

"Adik saya itu dapat julukan bayi ajaib. Ada beberapa keunikan yang dipunyai adik saya itu, di antaranya lebih cepat bisa bicara dibandingkan anak balita pada umumnya," tambah Lilik. (Febby Mahendra/Krisna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com