Jakarta, Kompas
Tepat sebelum pertigaan ini juga terdapat pelintasan sebidang kereta api. Tanpa pengaturan lalu lintas, dikhawatirkan kemacetan akan semakin parah sebab tiap hari terdapat 86 rangkaian kereta yang melintas. Atau, jika dihitung, setidaknya setiap 17 menit sekali ada kereta melintas.
Selain ”ruwetnya” lalu lintas di Pejagan, volume kendaraan juga meningkat pesat. Berdasarkan prediksi operator tol PT Jasa Marga Tbk, tiap hari selama arus puncak mudik sekitar 45.715 kendaraan akan melintasi Gerbang Tol Ciperna (Cirebon), sebagian besar di antaranya masuk Tol Kanci-Pejagan. Padahal, saat lalu lintas normal sebanyak 8.672 kendaraan per hari.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto, dalam Jumpa Pers Arus Mudik Kondisi Jalan Lebaran 2010, Selasa (31/8) di Jakarta, mengatakan, untuk mengatasi kemacetan di Pejagan, akan diterapkan sistem buka tutup jalan. Jadi, jika Pejagan padat, dipilih jalur Ketanggungan-Slawi-Adiwerna-Tegal.
Persoalannya, berdasarkan pantauan Tim Lebaran Kompas 2010, kondisi jalur alternatif Ketanggungan-Slawi (29 kilometer) bergelombang, meski untuk ruas Slawi-Adiwerna-Tegal (12 km) kondisi jalannya baik.
Untuk mengurai kemacetan pada tiga lokasi terpadat, yakni pintu keluar Tol Pejagan, pertigaan Pejagan, dan Ketanggungan, Kepolisian Resor Brebes membentuk tiga tim yang beranggotakan masing-masing 11 personel kepolisian. Tim itu bergerak dinamis, dengan fasilitas 4 kendaraan roda empat dan 9 sepeda motor.
Kepala Satuan Lalu Lintas Polres Brebes Ajun Komisaris Matrius menegaskan, jika terjadi kepadatan di pertigaan Pejagan, pihaknya akan memberlakukan pola 3-1 dari pertigaan Pejagan ke timur (Semarang) sepanjang 2 kilometer. Tiga lajur untuk kendaraan dari selatan (pintu keluar tol) dan satu lajur untuk kendaraan timur.
Di jalur antara Ketanggungan (Brebes) hingga Prupuk (Kabupaten Tegal) juga akan diberlakukan satu arah. Dengan begitu, potensi kepadatan kendaraan yang baru keluar dari Gerbang Tol Pejagan menjadi terurai.
Sementara itu, Direktur Jenderal Bina Marga Djoko Murjanto menegaskan, sepanjang 11.000 kilometer jaringan jalan nasional, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, hingga Sulawesi telah dinyatakan siap.