Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Legu Gam, kirab obor Sultan Ternate

Kompas.com - 03/06/2010, 14:00 WIB

Oleh A Ponco Anggoro dan Nasrullah Nara

Obor Kololi Kie yang disulut Sultan Ternate Ke-48 Mudaffar Sjah, diarak prajurit Kesultanan Ternate bersama masyarakat adat mengelilingi Kota Ternate, Maluku Utara. Kirab pertanda pesta rakyat Maluku Utara Legu Gam Moloku Kie Raha 2010 dimulai.

Mengawali acara Legu Gam, ratusan warga dari segala penjuru Kota Ternate berduyun-duyun mendatangi area Kadaton (Keraton) Kesultanan Ternate. Mereka tak ingin melewatkan acara kirab obor begitu saja tanpa ikut serta dalam pawai keliling kota.

Legu Gam menjadi gelaran ke-8 sejak tahun 2003. "Sebelumnya hanya digelar di kampung-kampung. Masyarakat membuat pesta, lalu mengundang Sultan. Kali ini, dipusatkan di sekitar Kadaton," ujar Sultan Ternate Ke-48 Mudaffar Sjah. Diambillah momen ulang tahun Sultan, 13 April, sebagai waktu pelaksanaan.

Acara pesta itu tak hanya bermaksud mengukuhkan eksistensi Kesultanan Ternate sebagai simpul budaya masyarakat Maluku Utara. Lebih dari itu, ingin mengangkat seni tradisi setempat yang berkembang sejak abad ke-15 ketika negeri ini "mendunia" karena rempah-rempahnya.

Warga dari luar Pulau Ternate pun berdatangan. Tidore dan beberapa kabupaten di Pulau Halmahera berdatangan dengan perahu dan kapal motor. Mereka antusias menyaksikan pertunjukan seni tradisi dan seni pop setahun sekali itu.

Lapangan Ngara Lamo dan Dodoku Kapita Lao Ali di sebelah timur Kadaton Kesultanan Ternate, tempat Legu Gam dipusatkan, semarak. Sampai akhir, Legu Gam menyuguhkan sedikitnya 18 jenis tarian di Maluku Utara, misalnya tarian soya-soya asal Ternate, kie raha dari Tidore, dan tarian katreji asal Bacan (Pulau Halmahera).

Sebanyak 15 grup band juga tampil. Kaum remaja yang datang dari Ternate, Tidore, Jailolo, dan Tobelo di Pulau Halmahera itu tidak diberi honor. Mereka justru membayar uang administrasi Rp 50.000.

Hiburan organ tunggal di mana pengunjung bisa ikut bernyanyi di panggung kecil di Dodoku (semacam panggung) KapitaLao Ali menjadi daya pikat tersendiri. Belum lagi hiburan lain, seperti permainan ketangkasan dan aneka ragam wahana bermain anak yang sengaja didatangkan dari Semarang, Jawa Tengah.

Bagi Sultan sendiri, Legu Gam merupakan hukum adat yang harus dilakukan. Hukum itu berdasarkan pada filosofi Kesultanan Ternate, Toma Limau Gapi Matobu, Jou Se Ngofangare (pada tempat tertinggi, ada engkau dan aku). Sebuah prinsip kesetaraan yang lazim ditemukan dalam iklim demokrasi.

Filosofi yang maknanya diyakini sebagai asal dari segala sesuatu di bumi yang menjadi dasar pola hubungan antara engkau sebagai Tuhan dan aku sebagai hamba-Nya sekaligus menjadi dasar hubungan antara engkau sebagai pemimpin-dalam hal ini Sultan-dan aku sebagai rakyat.

Filosofi ini tertuang dalam bentuk Goheba Dopolo Romdidi, yaitu burung berkepala dua, berbadan satu, dan berhati satu. Kedua kepalanya melambangkan Jou Se Ngofangare, dianalogikan dengan dua kalimah syahadat. Itu juga menyimbolkan hubungan sultan dan rakyatnya serta hubungan antarmanusia yang harus satu hati, dalam kedudukan setara.

Nilai itu relevan dengan doru gam, hukum adat lainnya yang mengharuskan sultan senantiasa siap menemui dan mendengarkan aspirasi rakyatnya. Nilai filsafat ini pula yang mendasari sistem pemerintahan di Kesultanan Ternate. Sistem yang sepenuhnya berdasarkan pada kehendak dan daulat rakyat.

Sosiolog dari Universitas Muhammadiyah, Maluku Utara, Herman Usman, menghargai semangat penyelenggara untukmengaktualisasikan agenda kadaton sebagai upaya pewarisan adat istiadat dan sistem nilai di Maluku Utara. Di tengah gempuran globalisasi, nilai luhur yang terkandung di dalam filosofi Jou Se Ngofangare, filosofi dari Kesultanan Ternate, dan Adat Se Atorang patut diaktualisasikan. Nilai adat warisan leluhur itu mengagungkan toleransi antarmanusia.
Kalau sekadar untuk menunjukkan berdaulatnya Sultan Ternate Ke-48 Mudaffar Sjah di tengah rakyatnya, bisa jadi target pesta bulan April 2010 ini sudah terpenuhi. Sebab, telah terbangun ruang komunikasi sosial yang berefek ekonomi bagi warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com