Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerkosaan Anak Merebak di Denpasar

Kompas.com - 16/04/2010, 04:37 WIB

Denpasar, Kompas - Kasus penculikan anak disertai pemerkosaan merebak di Denpasar, Bali, dua bulan terakhir. Masyarakat resah dan khawatir karena modus sejumlah kasus ada kemiripan di samping kejahatan itu terkesan dilakukan sangat terencana. Polisi belum menemukan pelakunya.

Kasus terakhir menimpa bocah berinisial Ul (9), kelas III SD di Sanur, Denpasar Timur, Senin (12/4).

Sebelumnya, empat kasus serupa terjadi berturut-turut di kawasan Monang-Maning, Denpasar Barat. Akhir Maret lalu, korbannya adalah Cds (9), murid kelas III madrasah ibtidaiyah. Sementara Ca (10), Uk (12), dan Erl (7) diculik serta diperkosa pada Februari 2010.

Untuk mengungkap kasus ini, polisi pernah menangkap seseorang yang diduga sebagai pelaku. Namun, belakangan orang yang bersangkutan dinyatakan sebagai pelaku kasus kesusilaan lain di luar kasus lima korban di atas.

Keresahan dan kekhawatiran masyarakat, khususnya orangtua, terungkap dalam dialog antara Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Bali Inspektur Jenderal Sutisna dan pengajar SD 7 Sumerta yang dikunjungi Kapolda dan sejumlah stafnya kemarin.

”Orangtua takut melepas anaknya ke sekolah maupun pergi ke tempat-tempat umum jika tanpa didampingi orangtua. Kami minta polisi segera menangkap pelaku,” demikian pernyataan Aris Setyobudi, anggota Komite Sekolah SD 7 Sumerta.

Sejumlah orangtua di Denpasar, khususnya yang mempunyai anak perempuan, juga menyatakan kekhawatiran serupa. Beberapa bahkan mengaku tak mau melepaskan anak mereka tanpa pengawasan.

Mereka mendesak agar sekolah menyediakan satuan pengamanan yang kompeten. Difasilitasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Bali, mereka menggalang Gerakan Ibu Peduli.

Untuk menekan polisi segera mengungkap kasus penculikan dan pemerkosaan anak itu, mereka juga menggalang tanda tangan warga. Upaya lain yang ditempuh adalah meminta pertanggungjawaban mulai dari Dinas Pendidikan Kota Denpasar, Wali Kota Denpasar, hingga Gubernur Bali.

”Bali menjadi tidak aman bagi warganya sendiri. Ini sangat kami sayangkan dan tidak boleh berlanjut,” kata Wakil Ketua KPAID sekaligus koordinator Gerakan Ibu Peduli Luh Anggreni.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com