Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan Bersepeda di Yogya, Dari Sekadar Etalase ke Gowes Serius

Kompas.com - 04/01/2010, 06:18 WIB

Ade Darma, siswa SMPN 3 Mlati yang masuk ke Korn tiga bulan lalu, memakai jengki. "Ini sepeda milik ibu yang tiap pagi dibawa ke pasar. Saya jadi sering meminjam untuk jalan-jalan pada sore hari. Bersepeda ternyata asyik juga," paparnya.

Apa sih manfaat bersepeda? Coba tengok pendapat Wibowo (39) dari Mino Cycle Club (komunitas sepeda di Perumahan Minomartani, Sleman, yang terbentuk setahun lalu). "Saya setahun lalu sudah berhenti merokok. Ini berkat sepeda. Tidur pun sekarang tidak lagi ngorok. Meludah di jalan (karena terasa ada yang mengganjal di tenggorokan) juga tak lagi. Istri gembira. Napas saya juga terasa lebih ringan dan panjang," ucapnya.

Wibowo kini sering bersepeda. Dulu ia sebenarnya menyukai motor antik. "Tapi lama-lama kok sepeda lebih membuat saya bergairah," ujar Wibowo yang kini menularkan virus bersepeda kepada istrinya.

Naiknya penjualan sepeda dan banyaknya cerita seperti kisah dari Bowo tadi sedikit banyak menggambarkan gerakan sepeda semakin meluas. Semoga itu tak hanya berhenti sampai pada acara nongkrong dan menjadi isi etalase. Semoga penggemar onthel tak hanya semata mengoleksi, dan semoga pemilik sepeda lipat tak hanya sebatas memaknai sepedanya adalah sepeda yang dilipat. Sepeda mestinya ya dikendarai... Iya enggak? (Lukas Adi Prasetya)  

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com