Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membayangkan Pesona Laut Sawu

Kompas.com - 07/10/2009, 11:27 WIB

Agus juga  mengungkapkan keberadaan taman nasional perairan Laut Sawu sangat penting bagi dunia karena menjadi kawasan konservasi terluas di segi tiga emas gugusan karang dunia, tempat di mana beraneka-ragam biota laut hidup dan berkembang.

Kawasan konservasi ini menjadi habitat ikan paus, dugong, lumba-lumba, hiu, penyu, ditambah sejumlah spesies langka seperti paus biru dan paus sperma.

Dengan penetapan areal seluas 3,5 juta hektare lebih sebagai kawasan konservasi, nantinya akan ada zona pembiakan ikan, ada zona penangkapan dan sebagainya, yang ditetapkan setelah melalui sebuah percakapan yang mendalam di antara semua pemangku kepentingan, lalu kemudian menindak-lanjutinya dengan rencana aksi nyata  konservasi.

Kawasan yang juga menjadi lalu lintas pelayaran nasional ini, semakin ramai karena di tingkat lokal saja belasan kapal motor penyeberangan atau fery melalui rute tersebut, belum termasuk kapal-kapal perintis dan kapal barang. Dalam hal Laut Sawu menjadi jalur pelayaran nasional, para pemangku kepentingan akan melakukan kampanye penyadaran, agar kapal-kapal tersebut tidak membuang limbah ke laut secara sembarangan.

Juga melakukan kampanye penyadaran terhadap masyarakat pesisir yang melakukan eksploitasi laut dan pantai, dengan tidak mengindahkan prinsip-prinsip  ramah lingkungan, demi menjaga kelestarian perairan Laut Sawu.

Paus bercumbu rayu

Kawasan perairan Laut Sawu, menjadi area cumbu rayu ikan paus, melahirkan dan membesarkan anak. Anak ikan kemudian menyebar ke perairan lain di dunia, lalu kembali lagi untuk beranak-pinak di kawasan itu, kata ahli ikan paus DR Benjamin Kahn, yang juga direktur "Apex International", sebuah lembaga yang menaruh perhatian pada perlindungan mamalia laut, termasuk ikan paus.

Dia mengatakan, penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi perairan, akan memberikan manfaat besar bagi perlindungan terhadap mamalia laut, karena selain menjadi kawasan transit, juga daerah cumbu rayu dan berkembang biak paling aman bagi paus.

Kalau kemudian ada protes dari elemen masyarakat yang mengatasnamakan nelayan tradisional di Lamalera, Kabupaten Lembata yang hidupnya bergantung pada berburu ikan paus secara tradisional, menurut Kahn,  justeru kekuatan  masyarakat Lamalera bisa menjadi bagian dari sistem konservasi laut.

Dia membeberkan sejumlah manfaat bila Laut Sawu menjadi kawasan konservasi nasional. Manfaat itu misalnya, munculnya potensi baru bidang pariwisata, kampanye penyadaran kepada kapal-kapal yang menjadikan Laut Sawu sebagai basis pelayaran untuk tidak sembarang membuang limbah ke laut.

Manfaat lainnya, mempromosikan Kupang dan beberapa wilayah pesisir sebagai basis wisata alam, meningkatkan kapasitas berbagai lembaga yang terlibat dalam pengelolaan konservasi, pelatihan lapangan dan pendanaan untuk kegiatan berkelanjutan bagi berbagai pemangku kepentingan.

Khan juga mengungkapkan fakta bahwa kawanan paus dari berbagai perairan dunia membanjiri Laut Sawu pada musim tertentu, kemudian bercumbu rayu, beranak pinak, lalu menyebar ke berbagai perairan dunia.

Penetapan Laut Sawu sebagai kawasan konservasi ini sempat menuai protes dari sekelompok orang di Jakarta yang mengatas-namakan masyarakat Lamalera di Lembata. Protes ini ditanggapi dengan mengenyampingkan untuk sementara zona II konservasi meliputi wilayah Pulau Solor, Lembata, dan Alor (Solar).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com