Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hirun yang Lolos dari Lidah Maut

Kompas.com - 05/10/2009, 10:30 WIB

Saat guncangan kuat terjadi, katanya, masih dalam kondisi sadar dia menoleh ke seberang sungai. Terlihat tanah longsor menimbun badan jalan yang menghubungkan Dusun Lubuk Laweh dengan Pulau Air..

Dalam hitungan detik disusul satu longsoran dahsyat dari Gunung Tigo bagian barat dengan material bercampur bebatuan dan pohon kayu yang bertumbangan terus menyusur arah bibir sungai.

"Saya lari keluar dari sawah. Rasanya cukup kencang, tapi jarak tanah longsoran sekitar dua meter dari badan ini," ujar suami En (52) itu.

Dedek Putra (10), anak semata wayang Hirun, ikut tewas. Hirun menuturkan, sekitar pukul 15.00 Dedek datang ke tengah sawah (tempat Hirun bekerja), meminta uang Rp 4.000.

"Lalu ditanya untuk apa uang sebanyak itu buat Dedek? Kok banyak sekali, nanti tak ada untuk belanja berangkat sekolah besok (Kamis). 'Saya tak akan minta uang lagi besok (1/9) sama Abak (ayah), kasihlah sekali ini bah"," kata Hirun menirukan perkataan anaknya yang duduk di kelas tiga SD 60 Padang Pariaman itu.

Setelah mendapat uang dari Hirun, Dedek lalu pergi ke warung yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah, langsung menonton televisi di rumah warga.

"Saat gempa terjadi disertai tanah longsor itu, anak saya termasuk salah satu korban yang tertimbun," ungkap Hirun dengan wajah kosong menatap ke hamparan tanah kuning yang menimbun tiga berkampung penduduk itu.

Hirun dengan bertongkat perlahan menelusuri hamparan tanah longsor untuk mencari jasad putra satu-satunya. Istrinya, En, ikut mencari jasad buah hati mereka.

"Saya tak ada firasat sehari atau sepekan sebelum terjadinya bencana gempa disertai longsor itu. Hanya saja Rabu pagi badan terasa lelah saja sehingga enggan turun ke sawah," tutur Hirun.

Tapi, hidup di dusun yang keseharian mata pencarian mengandalkan penghasilan dari hasil panen padi sawah membuatnya tidak bisa tidak harus turun mempersiapkan masa tanam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com