Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Entakan di Mojosongo Menjelang Lebaran

Kompas.com - 18/09/2009, 06:46 WIB

Penyerbuan tim polisi antiteror benar-benar mengejutkan warga setempat. Mereka sama sekali tidak menyangka pasangan Susilo dan Munawaroh terkait terorisme. Kendati Susilo bekerja di Pondok Pesantren Al-Kahfi, Surakarta, dan Munawaroh giat dalam kegiatan Taman Pendidikan Al Quran di rumahnya, keduanya jarang bergaul.

Berdasarkan informasi, pasangan ini mengontrak rumah milik Sri Indarto atau Totok sejak enam bulan lalu. Namun, Susilo, yang akrab disapa Adib, baru melapor tiga bulan lalu dengan menyerahkan fotokopi kartu tanda penduduk dan surat nikah, serta mengaku bekerja di Pondok Pesantren Al-Kahfi. ”Keduanya jarang bergaul. Undangan pertemuan bapak-bapak tanggal 1 setiap bulan tidak pernah dihadiri,” kata Suratmin.

Istri Suratmin, Sarti, hingga saat ini belum pernah melihat wajah Susilo. Sarti sehari-hari bekerja sebagai guru. Rata-rata suami dan istri di kampung itu sama-sama bekerja sehingga hanya berada di rumah pada pagi dan malam hari. Murdiyanto dan Martini sama-sama bekerja. Demikian pula dengan Anik dan suaminya, yang rumahnya berjarak hanya 5 meter dari rumah Susilo, sama-sama bekerja.

Suara rentetan tembakan semakin rapat frekuensinya mulai pukul 24.00 dan reda pukul 01.10 saat sebuah bunga api menyembur ke udara setinggi 100 meter. Pukul 02.00, mobil pemadam kebakaran masuk mendekati lokasi penyergapan. Rumah kontrakan Susilo berada di wilayah yang berkontur naik-turun.

Polisi membatasi masyarakat hanya boleh mendekat di jarak 500 meter dari lokasi pengepungan. Pukul 02.30, ambulans Poltabes Surakarta, mobil jenazah Kepolisian Daerah Jawa Tengah, dan mobil unit identifikasi tempat kejadian perkara Poltabes Surakarta mendekati lokasi.

Pukul 02.45 kembali terjadi rentetan tembakan dan berakhir sekitar pukul 06.00. Dalam kurun waktu itu, polisi antiteror membawa peti-peti berisi amunisi, karung-karung, dan gulungan kabel. Juga ada panggilan mencari dokter, muncul mobil Satuan Gegana Brimob ke lokasi, dan empat ambulans meninggalkan lokasi pengepungan pada waktu berbeda. Dua kantong mayat warna oranye dimasukkan ke mobil jenazah warna hitam.

Di ambulans pembawa jenazah, spidol di tangan petugas Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis)-Polri bergetar. Karena gugup, sang komandan lalu meninggalkan si petugas. Pekerjaannya siang itu memang amat penting dan ditunggu rakyat seantero negeri, yakni mengidentifikasi sidik jari jenazah yang membujur di hadapannya.

Identifikasi itu berlangsung di dalam ambulans di landasan Bandara Adi Sumarmo, Solo. Rupanya identitas jenazah itu harus sudah jelas sebelum diterbangkan ke Jakarta.

Sekitar pukul 11.00, hasil yang ditunggu-tunggu akhirnya dapat disimpulkan. Petugas Inafis menyimpulkan, sidik jari jenazah identik dengan data sidik jari milik buronan teroris Noordin M Top, yang diperoleh dari Polis Diraja Malaysia. Sang petugas mencocokkan sidik jari itu dengan metode klasifikasi Henry Faulds.(Sarie Febriane)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com