Pontianak, Kompas
”Dari 25 telur yang ditangkarkan, paling-paling hanya dua butir yang menetas. Itu pun belum tentu bisa bertahan selama pembesaran. Padahal tiap hari diberi pakan dua kali dan airnya diganti,” kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam
Saat ini diperkirakan ada sekitar 500 ekor tukik yang dipelihara di kolam pembesaran TWA Tanjung Belimbing. Pemantauan
Di kolam pembesaran tersebut sedikitnya ada empat tukik yang mati dan mengapung di permukaan air.
Data pelaporan Resor Konservasi Sumber Daya Alam Paloh mengenai penetasan telur, dari sekitar 5.000 telur yang ditetaskan pada Januari-April 2009, ternyata hanya 10 butir telur yang menetas. Selebihnya telur-telur itu membusuk dan terpaksa dibuang.
Turtle Monitoring Officer WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat Dwi Suprapti menilai, lokasi tempat penetasan telur yang jauh dari tepi pantai turut memengaruhi kegagalan penetasan telur penyu.
Di lokasi itu kemungkinan besar terdapat banyak bakteri yang bisa membusukkan telur penyu. Selain itu, suhu di sana juga diperkirakan tidak memenuhi standar ideal penetasan telur penyu yang berkisar 20 derajat hingga 30 derajat sehingga banyak embrio penyu yang mati.
Kepala Seksi Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah III Singkawang, yang membawahi TWA Tanjung Belimbing, Junaidi mengungkapkan, idealnya memang telur penyu itu dibiarkan di habitat aslinya dan tidak dipindahkan.
Pemindahan yang dilakukan petugasnya dimaksudkan untuk menyelamatkan telur dari perburuan liar. Adapun pembesaran dilakukan agar tukik terlindungi dari predatornya di alam.