Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trans-Kalimantan, Jalan Harapan

Kompas.com - 05/02/2009, 03:58 WIB

Ketertinggalan infrastruktur jalan di Kalimantan menjadi sisi gelap pulau yang selama puluhan tahun dijadikan daerah ”modal” bagi negara ini untuk menyuplai kayu, permata, emas, batu bara, minyak dan gas bumi, bijih besi, hingga kelapa sawit.

Puluhan tahun kekayaan alam pulau ini dikeruk melalui jalur darat dan yang terutama melalui jalur sungai.

Selain jalur darat yang masih belum terhubung, jalur penerbangan udara pun tak bisa merangkai empat provinsi di satu pulau ini dalam satu rute penerbangan. Dari Pontianak (Kalbar) ke Banjarmasin (Kalsel) atau Palangkaraya (Kalteng) dan Samarinda (Kaltim), kita harus transit dulu ke Jakarta. ”Sebuah penerbangan yang mahal dan tidak efisien,” kata Agustin Teras Narang, Gubernur Kalteng yang juga Koordinator Forum Kerja Sama Revitalisasi dan Percepatan Pembangunan Regional Kalimantan.

Teras Narang juga mengeluhkan tentang kota-kota di Kalimantan yang mengalami krisis listrik. ”Tiap malam, kota-kota besar di Kalimantan gelap karena kekurangan pasokan listrik,” katanya.

Gambaran itu kami temukan di Palangkaraya baru-baru ini. Ibu kota Provinsi Kalteng yang didesain oleh Presiden Soekarno sebagai calon ibu kota Indonesia itu menjelma menjadi kota yang kehilangan gairah begitu malam tiba. Jalanan, pasar, dan lapangan kota pun jadi wilayah ”gagap” karena gelap gulita tiada aliran listrik. ”Di pedalaman kondisinya lebih parah. Masih banyak desa yang belum dialiri listrik,” kata Teras.

Palangkaraya hanya salah satu potret saja. Kekurangan listrik ini hampir merata dialami kota-kota pada empat provinsi di Kalimantan. Inilah ironi nyata tentang ketimpangan pembangunan pusat dan daerah. Padahal, 94 persen produksi batu bara nasional diambil dari tanah Kalimantan. Batu bara Borneo telah menerangi kota-kota di Pulau Jawa hingga Korea, Jepang, dan China.

”Jelajah Kalimantan”, atau perjalanan menyusuri jalan darat Nunukan-Sambas, dilakukan Kompas untuk mengingatkan bangsa ini tentang tanah terlupa, yang diperas sumber daya alamnya, tetapi sangat minim infrastrukturnya. Penjelajahan ini didukung oleh Departemen Pekerjaan Umum yang menurunkan tim dan kendaraan-kendaraan gardan ganda mereka. (FUL/BRO/CAS/WHY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com